Pentingnya 5S (Sort, Sustain, Standardize, Shine, Straighten) dalam Pendidikan Vokasional
disusun oleh:
Anindita Sari Maharani (15518241017)
Program study Pendidikan Teknik Mekatronika
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAK
Pada masa ini banyak yang tidak
memperhatikan 5S (Sort, Sustain, Standardize, Shine, Straighten) dalam
kehidupan sehari-hari pada pendidikan vokasi maupun dalam industri. Menaruh
barang tidak memperhatikan tata letak, kerapian, kebersihan dan sebagainya.
Orang-orang terlalu sibuk untuk memperhatikan 5S, barang hanya ditempatkan
seenaknya saja ditaruh, yang penting cepat lalu bisa melanjutkan kegiatannya
selanjutnya ataupun cepat istirahat.
Penulis pada kesempatan ini ingin
memaparkan pentingnya 5S dalam kehidupan sehari-hari pada pendidikan vokasi. 5S
dalam Bahasa Indonesia diartikan ringkas, rajin, rawat, resik, rapi. Ringkas,
rajin, rawat, resik, dan rapi bukan hanya sebagai arti dalam Bahasa Indonesia
tapi juga sebagai tujuan dari 5S yaitu agar tumpukan barang ringkas, agar
rajin, agar barang-barang terawat, agar semua barang resik, dan rapi. Dalam hal
ini 5S juga bertujuan agar enak dipandang dan tidak menimbulkan hazard ketika
mengambil atau menyampar barang yang posisinya tidak tepat. Metode pengumpualan
informasi ini didapat melalui beberapa referensi seperti buku, internet, dan
meteri pembelajaran yang telah diberikan oleh dosen pengampu.
Target luaran yang penulis harapkan
antara lain tercapainya lingkungan atau ruangan yang nyaman, aman, bersih, dan
rapi.
Keyword:
5S, tataletak, vokasi
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) adalah bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi
maupun lokasi proyek. Tujuan K3 ialah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja.1
K3 melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga
mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.2 Dalam K3 dikenal
adanya 5S yang berkaitan dengan tata letak, kerapian, dan lain sebagainya.
5S is the name of a workplace
organization method that uses a list of five Japanese
words: seiri, seiton, seiso, seiketsu,
and shitsuke. Transliterated
into Roman script, they all start with the letter
"S".3 The list describes how to organize a
work space for efficiency and effectiveness by identifying and storing the
items used, maintaining the area and items, and sustaining the new order.4 The decision-making process usually
comes from a dialogue about standardization, which builds understanding among
employees of how they should do the work. 5S adalah
suatu metode penataan
dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif berasal dari Jepang yang
digunakan oleh manajemen dalam
usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus
meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.5
Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan penerapan kaizen agar
dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S.5 Di Indonesia metode
ini dikenal dengan istilah 5R, sedangkan di Amerika dan Eropa dikenal dengan 5C.5
Penerapan
5S dilaksanakan secara bertahap sesuai urutannya.6 Jika
tahap pertama (seiri) tidak dilakukan dengan baik, maka tahap berikutnya
pun tidak akan dapat dijalankan secara maksimal, dan seterusnya6
Pendidikan vokasional
(vokasi), atau yang disebut pendidikan ketrampilan, saat ini menjadi jalan
pintas (alternatif) pembelajaran yang diyakini mampu menjadi solusi
atau jalan keluar dalam mengurangi
jumlah pengangguran. Hal itu disebabkan, konsep pendidikan yang lebih
menitikberatkan pada keterampilan (skill), dirancang dengan kurikulum
yang mengasah keterampilan, disiplin, dan konsep pesertanya tentang pekerjaan
dan kewirausahaan. Di samping keuntungan lain, yaitu alternatif pembiayaan dan
jangka waktu pendidikan yang relatif lebih cepat dan murah, jika dibandingkan
kuliah di Strata 1. Lulusannya diarahkan untuk mengisi lowongan pekerjaan di
berbagai bidang usaha, tingkatan menengah (level admisnistrasi, staf,
atau supervisor), yang pada kenyataannya memiliki jumlah lebih
besar/ kemungkinan
lapangan pekerjaan yang lebih banyak, ketimbang level atas yaitu posisi para
Manajer, dan Dewan Direksi.
Sekarang
ini, biaya pendidikan yang bertambah mahal (berkali-kali lipat) memang menjadi
masalah utama bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke Perguruan
Tinggi. Belum lagi ketika mereka lulus nanti, tidak ada jaminan untuk anaknya
bisa langsung bekerja, karena misalnya, kompetensi yang dimiliki si anak
dianggap belum memadai, perlu untuk dilatih lagi. Atau, terkadang masih
memerlukan pendidikan khusus dari asosiasi profesi yang bersangkutan, untuk
menjalankan pekerjaan tertentu sebelum ia dapat bekerja. Misalnya saja Sarjana
Hukum, Sarjana Farmasi, atau Sarjana yang lain, harus lulus pendidikan profesi
dulu sebelum menjalankan profesinya.
Program pendidikan
vokasional, diharapkan dapat menjembatani dunia pendidikan tinggi dengan
dunia kerja dan kebutuhan pasar. Lulusannya harus siap pakai. Kualifikasi
lulusan pendidikan vokasi dapat diperhitungkan di pasaran, bahkan untuk jenis
pekerjaan tertentu (adm di bank, misalnya) lulusan pendidikan vokasi bisa
bersaing dengan lulusan dari S1, dan diterima. Pendapat bahwa gelar akademik
sarjana dipandang lebih berharga dibandingkan gelar Ahli Madya, sudah mengakar
dalam budaya masyarakat. Ini sudah saatnya diubah.
Perbedaan utama
antara pendidikan akademik dan vokasional terletak dalam keahlian yang dicapai
lulusannya. Lulusan pendidikan akademik lebih berorientasi pada penguasaan ilmu
pengetahuan secara teori, sedangkan lulusan pendidikan vokasional lebih pada
penguasaan praktek dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Mengapa
ada Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ?
2. Apa
pengertian 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu,
and shitsuke) ?
3. Bagaimana
penerapan 5S dalam wilayah kerja ?
4.
Apa
pengertian pendidikan Vokasi ?
5. Bagaimana
hubungan pendidikan vokasi dengan 5S ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui bahwa K3 bertujuan untuk memelihara kesehatan dan keselamatan
lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen,
dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
2. Untuk
mengetahui pengertian 5S, 5S adalah suatu metode penataan
dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang berasal dari Jepang yang
digunakan oleh manajemen dalam
usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus
meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.
3. Untuk
mengertahui penerapan 5S dalam wilayah kerja yang harus dilakukan secara
bertahap sesuai urutan agar dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S.
4. Untuk
mengetahui pengertian dari pendidikan vokasi yaitu penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang
dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya.
5. Untuk
mengetahui hubungan pendidikan vokasional dengan 5S.
C.
Manfaat
Pembahasan
ini bertujuan untuk menyadarkan pembaca betapa pentingnya 5S dalam wilayah
kerja, di industri maupun kehidupan sehari-hari. Sehingga tercapailah wilayah
yang rapi enak di pandang dan ditk menimbulkan hazard bagi siapapun ketika tata
letak barang telah tertata rapi dan dijaga kebersihannya.
Pembahasan ini
juga bermanfaat bagi pekerja di industri, pemilik industri maupun pandangan
pengunjung industri. Bagi pekerja industri penataan sesuai 5S mempemudah
pekerja untuk mengambil alat yang dibutuhkan, tidak perlu mencari-cari dahulu
ketika akan digunakan, semua barang tertata rapi pada tempat yang disediakan.
Bagi pemilik industri tidak perlu mengeluarkan uang terus menerus karena barang
atau alat rusak maupun hilang karena penempatan yang seenaknya. Bagi para
pengunjung tidak terlalu was-was ketika penempatan alat sesuai 5S karena
penempatan sesuai standar akan mengurangi adanya kemungkinan hazard dan
penempatan alat sesuai 5S akan membuat pengunjung tidak merasa dirugikan karena
penataan alat yang rapi ataupun menginspirasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Artikel
yang Terkait Mengenai 5S
Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan
bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni dalam pengelolaan
bahaya (antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian) di tempat kerja yang
berpotensi menurunkan derajat kesehatan dan kesejahteraan pekerja.7
Bagi
yang pernah mengikuti pelajaran K3 dan berinteraksi dengan dunia pabrik
tentunya tidak asing dengan istilah 5S.8 Pabrik yang menerapkan
program 5S akan terlihat bersih dan teratur. Dunia pabrik berpikir
keadaan yang berantakan akan menyembunyikan masalah. Program 5S dilihat sebagai
usaha untuk memunculkan masalah yang selama ini tersembunyi dari para
pemecah masalah (problem solver).8
Saat
ini, program 5S telah banyak diadopsi oleh berbagai industri di berbagai
negara maupun dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Popularitas 5S ini tak lepas
dari kesuksesan industri Jepang yang selama ini memusatkan perhatiannya
terhadap pengurangan segala pemborosan (waste).8 5S
adalah landasan untuk membentuk perilaku manusia agar memiliki kebiasaan (habit)
mengurangi pemborosan di tempat kerjanya.8
JEPANG
|
INDONESIA
|
INGGRIS
|
|||||
5S
|
5R
|
5S
|
5P
|
5K
|
5S
|
||
1S
|
Seiri
|
Ringkas
|
Sortir
|
Sisih
|
Pemilahan
|
Ketertiban
|
Sort
|
2S
|
Seiton
|
Rapi
|
Susun
|
Susun
|
Penataan
|
Kerapihan
|
Set in Order
|
3S
|
Seiso
|
Resik
|
Sapu
|
Sasap
|
Pembersihan
|
Kebersihan
|
Shine
|
4S
|
Seiketsu
|
Rawat
|
Rawat
|
Sosoh
|
Penjagaan
|
Kelestarian
|
Standardize
|
5S
|
Shitsuke
|
Rajin
|
Swa-disiplin
|
Suluh
|
Penyadaran
|
kedisiplinan
|
Sustein
|
Pengertian
5R (5S) ialah metode untuk mengatur / mengelola tempat kerja menjadi tempat kerja
yang lebih baik secara berkelanjutan dalam segi penataan alat, kebersihan, dan
lain sebagainya. Penerapan 5R bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
kualitas di tempat kerja.
Manfaat
penerapan 5S di tempat kerja antara lain: Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja
yang lebih efisien, meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih
dan menjadi luas/lapang, mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas
tempat kerja yang bagus/baik, menambah penghematan karena menghilangkan
berbagai pemborosan di tempat kerja. Each
of the 5S guidelines help managers and workers achieve greater organization,
standardization, and efficiency—all while reducing costs and boosting
productivity.4
Some core principles of the 5S concept involve creating and maintaining visual
order, organization, cleanliness, and standardization.4 With these goals in place, the hope
is that workplaces can become more efficient, organized, and equipped to carry
out daily tasks in a safe manner.4 5S dikembangkan di Jepang dan berdiri untuk kata-kata
Jepang seiri (kerapian), seiton (ketertiban), Seiso (kebersihan), Seiketsu
(standardisasi), dan Shitsuke (disiplin). Terjemahan bahasa Inggris dari
kata-kata ini telah diedit untuk mempertahankan 5S ini.4
5S ialah suatu metode penataan
dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang berasal dari Jepang yang
digunakan oleh manajemen dalam
usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus
meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh untuk tercapainya tujuan
lokasi kerja serta tidak adanya masalah tersembunyi dalam tumpukan barang yang
diletakkan tidak sesuai dengan penerapan 5S.5
Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan penerapan kaizen agar
dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S.5 Di Indonesia metode
ini dikenal dengan istilah 5R, sedangkan di Amerika dan Eropa dikenal dengan 5C.5
整理 (seiri)
atau Ringkas
merupakan kegiatan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan sehingga
segala barang yang ada di lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan
dalam aktivitas kerja.9 Barang yang prioritas ditempatkan pada
posisi yang mudah dijangkau dan barang yang tidak terlalu diperlukanditempatkan
pada tempat yang tidak menghalangi kegiatan pelaku kerja. Sort
through materials, keeping only the essential items needed to complete tasks.10 Ringkas
adalah
tidak banyak memerlukan tempat.11
Sort
1.Hapus item yang tidak perlu dan membuangnya pada tempatnya.
2. Membuat pekerjaan lebih mudah dengan menghilangkan
hambatan.
3. Mengurangi kemungkinan terganggu dengan item yang
tidak perlu.
4. Mencegah akumulasi item yang tidak perlu.
5. Mengevaluasi item yang diperlukan berkaitan dengan
biaya atau faktor-faktor lain.
6. Hapus semua bagian atau alat yang tidak digunakan.
7. Pisahkan bahan yang tidak diinginkan dari tempat
kerja.
8. Butuh pengawas sepenuhnya terampil untuk memeriksa
secara teratur.
9. Jangan menempatkan barang-barang yang tidak perlu
di tempat kerja dan
mendefinisikan area merah-tag untuk menjaga barang-barang
yang tidak perlu.
10. Pembuangan sampah.2
Seiri merupakan
langkah awal pelaksanaan 5S, yaitu: memilahan barang yang berguna dan tidak
berguna:8
Barang
berguna => Disimpan8
Barang
tidak berguna => Dibuang8
Dalam
langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu menandai
barang-barang yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag)
agar mudah dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-barang
dengan label merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping
(lean) tempat kerja dari barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin
efisien tempat kerja tersebut.8
整頓 (seiton)
atau Rapi, segala sesuatu harus
diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat
diperlukan.9 Seiton adalah
langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang berguna agara
mudah dicari, dan aman, serta diberi indikasi.8 Rapi ialah
baik, teratur, dan bersih; apik.11
Dalam
langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu menempatkan
barang-barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan indikasi atau
penjelasan tentang tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebut agar
pada saat akan digunakan barang tersebut mudah dan cepat diakses.8 Signboard
strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondar-mandir mencari
barang.8
Straighten
1.
Atur semua item yang diperlukan sehingga mereka dapat
dengan mudah dipilih untuk
digunakan.
2. Mencegah kerugian dan buang-buang waktu dengan mengatur
stasiun kerja sede-
mikian rupa bahwa semua perkakas / peralatan adalah di dekat. Buatlah agar mudah
untuk
menemukan dan mengambil barang-barang yang diperlukan
3. Pastikan pertama-datang-pertama-dilayani
4. Membuat alur kerja halus dan mudah
5. Semua pekerjaan di
atas harus dilakukan secara runtin 2
清楚 (seiso) atau Resik,
merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah kerja sehingga segala
peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.9 Pembersihan secara
teratur dan pemeliharaan.3 Proactive
efforts to keep workplace areas clean and orderly to ensure purpose-driven work.10 Seiso adalah
langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang telah ditata
dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta
mesin, baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka program preventive
maintenance (PM).8 Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan
bersinar seperti ruang pameran agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga
mencegah motivasi kerja yang turun akibat tempat kerja yang kotor dan
berantakan.8
Shine
1.
Bersihkan
tempat kerja Anda
2.
Gunakan
pembersih inspeksi
3.
Mencegah kerusakan mesin dan peralatan
4.
Ketika
di tempat, siapa pun yang tidak akrab dengan lingkungan harus mampu mendeteksi
masalah dalam 50 kaki di 5 detik.2
清潔 (seiketsu) atau Rawat, merupakan kegiatan menjaga
kebersihan pribadi sekaligus mematuhi ketiga tahap sebelumnya.9 Mempermudah untuk mempertahankan dan menyederhanakan
serta standarisasi.3 Rawat
adalah pelihara, urus, jaga.11
Seiketsu
adalah
langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso,
yaitu: penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih menjadi suatu
standar kerja, sehingga alat yang telah bersih dan rapi dapat di tentukan bahwa
alat tersebut sesuai standar kemudian distandarisasi.8 Keadaan yang
telah dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso harus
distandarisasi.8 Standar-standar ini harus mudah dipahami,
diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan diperiksa secara
teratur dan berkala.8
Standardize
1.Standarisasi praktek-praktek terbaik di area kerja.
2. Mempertahankan standar yang tinggi dalam organisasi
tempat kerja setiap saat.
3. Menjaga ketertiban atau menjaga segala sesuatu sesuai dengan standar.
4. Semuanya pada tempatnya.
5. Setiap proses memiliki standar.2
躾け (shitsuke) atau Rajin, yaitu pemeliharaan
kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja dalam menjalankan seluruh tahap 5S.9
Shitsuke
adalah
langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika/sopansantun kerja: Disiplin
terhadap standar, saling menghormati, malu melakukan pelanggaran, dan senang
melakukan perbaikan.8 Sustain
new practices and conduct audits to maintain discipline.10 Mempertahankan
apa yang telah dicapai.3 Rajin adalah suka bekerja
(belajar dan sebagainya), getol, sungguh-sungguh bekerja, selalu berusaha giat.11
Sustain
1.Untuk menjaga agar kerja yang tepat.
2. Juga diterjemahkan sebagai "tanpa diberitahu".
3. Lakukan audit reguler.
4. Pelatihan dan disiplin.
5. Pelatihan adalah proses berorientasi tujuan. umpan balik
yang dihasilkan diperlukan bulanan.2
Alasan
mengapa 5S perlu diadopsi
5S diadopsi berbeda-beda di setiap fasilitas, tergantung kebutuhan, proses, dan
budaya dari setiap tenaga kerja yang diberikan.3
Tapi, tidak peduli bagaimana hal
itu dilakukan, perusahaan besar dan kecil dapat menikmati banyak manfaat dari
mengadopsi metodologi 5S:
1. Peningkatan profitabilitas: Perusahaan dapat menyimpan
jam kerja, uang, dan sumber daya lainnya.3 peningkatan
profitabilitas merupakan keinginan dari hampir seluruh industri. Dengan jam
kerja sebentar, modal yang tidak banyak, sumber daya yang melimpah dan
menghasilkan produk yang banyak, sehingga tujuan perusahaan tercapai
2. Tenaga kerja yang lebih efisien: Dengan prosedur standar
di tempat, personil dapat fokus pada apa yang penting.3
keefektifan pekerja sangat diinginkan oleh pimpnannya agar menghasilkan
produk sesuai dengan waktu yang ditentukan, tetapi keterbatasan tenaga (lelah),
rasa malas, dan kebiasaan menggampangkan segala sesuatu membuat keefektifan
pekerja sulit atau jarang didapat.
3. Layanan yang lebih baik: Dengan lebih terorganisir,
bersih, tempat kerja efisien, karyawan dapat menghabiskan lebih banyak waktu
memberikan pelayanan yang memuaskan.3 Layanan
yang baik untuk pekerja membuat pekerja semangat bekeja, tetapi perusahaan
harus menyediakan uang/dana dalam kata lain merogoh
kocek lebih dalam sehingga layanan yang baik terpenuhi.
4. Tempat kerja Aman: Karyawan beresiko kurang dan bisa
merasa lebih aman di ruang kerja bersih dan terorganisir.3 Tempat
kerja yang aman membuat pekerja sedikit merasa nyaman sedikitnya resiko pekerja
mengalami kecelakan kerja.
Hal untuk pelaksanaan program 5S
berdasarkan beberapa literature/gambaran dan juga perspektif pribadi saat
menyaksikan langsung aktivitas 5S di tempat kerja.yaitu
: Membutuhkan
keterlibatan/partisipasi semua orang dalam organisasi dari level atas
sampai level bawah, membutuhkan komitmen manajemen untuk memastikan
kegiatan 5S dilakukan setiap hari dan dianggap sebagai prioritas, merubah
perspektif semua orang dalam organisasi bahwa 5S lebih dari sekedar program
kebersihan maupun housekeeping management, menerapkan 5S secara konsisten
untuk perubahan budaya, menggunakan sistem visual display untuk
mengkomunikasikan aktivitas 5S secara efektif, melakukan audit 5S secara teratur
(mingguan, bulanan, dan surprise audit) untuk menilai performance,
membutuhkan edukasi tentang konsep dan keuntungan aktivitas 5S.8
Dalam penerapan 5S,
terdapat 4 langkah yang perlu dilakukan antara lain : Melakukan
pengamatan/perekaman keadaan sekarang agar dapat dijadikan perbandingan setelah
melakukan kegiatan 5S (before and after); melaksanakan penerapan
5S; pembudayaan
5S, Jadikan 5S merupakan bagian yang tidak terlepas dari aktivitas kerja harian
kita; evaluasi/penilaian
kembali terhadap 5S dan lakukan tindakan pencegahan agar 5S tetap terjaga di
tempat kerja.12 Contoh : bagaimana mencegah debu tidak melekat di
mesin, bagaimana mencegah peletakkan barang yang tidak pada tempatnya.12
Beberapa cara yang sering
dilakukan untuk menjaga 5S tetap berjalan dengan baik di perusahaan adalah
dengan menerapkan petugas khusus 5S, Piket 5S, Patroli (audit) rutin, 5S
day/month (hari atau bulan 5S), Lomba 5S dan Warta 5S.12 Penerapan
5S gampang diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan. Kesuksesan penerapan 5S
tergantung pada pekerja dalam lingkungan kerja tersebut, apakah pekerja menaati
aturan untuk mengembalikan barang/alat kerja sesuai pada tempat yang disediakan,
membersihkan alat kerja, maupun kedisiplinan pekerja itu sendiri. 5S tidak
dapat diterapkan dengan baik atau maksimal jika diterapkan sesuai urutan yang
ada.
B.
Artikel
yang Terkait Mengenai Pendidikan Vokasional
Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori dan praktik
secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum
dalam pendidikan vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian
(apprenticeship of learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades).
Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain, peserta didik secara langsung
dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau
bidang tugas yang akan dihadapinya.
Pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan
pendidikan. Hal tersebut merupakan jembatan penghubung antara penyiapan peserta
didik di lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia kerja.
Pembekalan kecakapan hidup secara khusus menjadi muatan
kurikulum dalam bentuk pelajaran keterampilan fungsional dan kepribadian
profesional. Disamping pembekalan kecakapan hidup melalui mata pelajaran IPTEK
dengan pendekatan tematik, induktif, dan berorientasi kebutuhan masyarakat di
wilayahnya. Kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memampukan
remaja-remaja menjadi anggota masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh.
Departemen Pendidikan Nasional mengkategorikan keterampilan-keterampilan ini
menjadi empat kelompok yaitu akademik, personal, sosial dan vokasional.
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan
hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki
makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan
atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang
memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam
kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1)
kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4)
kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup
merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang,
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu,
kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara
Brolin (1989) mengartikan lebih
sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung,
merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).
sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung,
merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).
Pendidikan vokasi adalah pendidikan
tinggi yang diarahkan
pada penguasaan keahlian terapan tertentu, yang mencakup program
pendidikan diploma
1, diploma
2, diploma
3, dan diploma 4, maksimal setara dengan program pendidikan sarjana. Lulusan pendidikan vokasi akan mendapatkangelar
vokasi.
Pendidikan vokasional yang berorientasi pada pembekalan kecakapan hidup
merupakan bisnis inti dari pendidikan nonformal. Penanaman penguasaan
keterampilan vokasional memacu kreativitas dan mengembangkan pemahaman peran
individu dalam kehidupan sosial. Pendidikan vokasional di Indonesia adalah
seluruh pendidikan vokasional yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu
secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di
Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemdiknas), dahulu bernama Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud). Di Indonesia semua penduduk wajib mengikuti pendidikan dasar
selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah
dasar dan tiga tahun
di sekolah
menengah pertama
Dunia pendidikan Indonesia terus berbenah, mengikuti perubahan jaman yang
juga berlangsung sebegitu cepatnya. Di tengah terpaan berbagai masalah sosial,
ekonomi, maupun politik yang berujung pangkal pada kegagalan pendidikan,
penyelenggaraan proses pendidikan tetap memunculkan inovasinya.
Program pendidikan diploma yang menghasilkan sumber daya
siap pakai menjadi senjata ampuh untuk menghadapi persaingan global. Di kancah
internasional, program vokasi menjadi andalan berbagai bangsa untuk membangun
keberhasilan sistem kerja berbasis keterampilan. Muara akhir sekaligus tujuan dari keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah terserapnya peserta didik ke pasar
tenaga kerja selepas menyelesaikan studinya. Demi menjawab tantangan dunia
kerja yang membutuhkan tenaga kerja trampil, tak dapat disangkal lulusan
program pendidikan berbasis vokasional sesungguhnya memiliki peluang lebih
tinggi serta kesempatan yang lebih luas untuk dapat memenangkan kompetisi
tersebut.
C.
Implementasi
5S dalam Pendidikan Vokasional
5S dapat di
implementasikan dimana-mana termasuk dalam pendidikan vokasional yang memusatkan
pada kecakapan atau kreatifitas peserta didik maupun lulusan pendidikan
vokasional. Pada hal ini kretifitas orang vokasional di uji. Bagaimana orang
vokasional mengatur tataletak barang yang banyak dalam lingkup yang seadanya,
dengan memperhatikan kerapian, kebersihan, keindahan, dan lain sebagainya
(sesuai dengan aturan atau penerapan 5S). Dalam hal ini penempatan barang atau
alat kerja menurut pendidikan vokasi itu bagaimana jika tempat terbatas tetapi
alat maupun barang sangat amat banyak. Dalam pendidikan vokasi biasanya banyak
menggunakan buku untuk mempelajari pelajarannya padahal hanya memiliki sepetak
kamar kost, sehingga orang vokasi bisa membuat almari atau susunan kayu
vertikal keatas untuk meminimalkan tempat dan tidak terjadi penumpulkan barang
yang akhirnya tidak ada tempat untuk tidur dalam kamar kost itu. Kegiatan ini
sesuai dengan penerapan 5S yang seiri.
Dengan begitu mereka yang vokasi siap dalam dunia kerja berikutnya dankritis
dalam menanggapi masalah.
Pendidikan vokasi jika menerapkan
seiton dalam kerapiannya, rapi dalam menata apapun. Melanjutkan langkah
sebelumnya pembuatan rak, almari atau susunan kayu untuk meletakkan buku
kemudian buku disusun rapi agar enak dipandang dan pemberian tanda sesuai
keinginannya untuk mengetahui apakah ada buku yang belum kembali ketempat
ataupun hilang. Bukan hanya dalam hal nyata, tapi kerapian juga bisa
ditunjukkan melalui tugas yang mereka laksanakan. Seberapa rapi mereka
mengerjakan tugas/ pekerjaan dan urut sesuai aturan dan tuntutan.
Seiso dalam 5S juga
diterapkan dalam pendidikan vokasional. Kebersihan tempat kerja, kebersihan
dalam segi apapun dipaparkan oleh para vokasional. Dengan telah melaksanakan
langkah seiri dan seiton seiso tergolong mudah untuk dilaksanakan sebab tidak
mungkin ada tumpukan sampah dalam kerapian dan tatanan yang tepat. Tumpukan
sampah cenderung banyak berada pada tumpukan barang yang tidak menerapkan
langkah pertama dan kedua. Jika langkah pertama dan kedua telah dilakukan, debu
sedikitpun akan kelihatan dan mengganggu pandangan kita. Mereka yang telah
melaksanakan langkah pertama dan kedua akan membersihkan alat atau barang yang
telah dipakai, sehingga saat disimpan barang telah bersih/ siap pakai. Dengan
begitu barang yang akan dipakai siap digunakan.
Seiketsu juga dapat
diimplementasikan pada pendidikan vokasional yang ahli dalam kejuruan itu
sendiri. Kebersihan individunya sendiri tidak kalah pentingnya dalam pendidikan
vokasi. Karena mereka di didik ahli dalam bidangnya maka harus maksimal dalam
hal apapun dalam profesionalitasnya. Jika seseorang bekerja dengan sangat baik,
tepat waktu, sesuai aturan dan sangat pintar tapi saat mereka sakit maka tidak
akan menghasilkan hasil yang maksimal/ tidak sesuai yang diinginkan.
Shitsuke adalah langkah
terakhir pada 5S. Pendidikan menerapkan langkah ini dengan maksimal karena
mereka sadar bahwa mereka calon orang yang ahli/ professional. Dengan begitu
kesadaran akan pentingnya seiri, seiton, seiso, maupun seiketsu menunjang
keberhasilan atau kesuksesannya. Shitsuke juga menyadarkan akan kedisiplinan
terhadap tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya harus dipertanggung
jawabkan dengan baik tanpa keluhan karena itu adalah bidangnya.
Pendidikan vokasional
adalah pendidikan yang menitik beratkan pada kreatifitas individu dan
menciptakan individu yang berkompeten atau ahli sesuai dengan bidang yang
digelutinya. Oleh sebab itu perlu diterapkannya 5S agar tertatanya
langkah-langkah yang harus ditempuh.
Seiri dalam pendidikan
vokasional didapat dalam konteks penataan. Sesuai dengan jurusan masing-masing
seiri dilakukan. Seiri dalam 5S langkah awal untuk memulai langkah berikutnya
sehingga seiri adalah langkah awal untuk mengapresiasikan kekreatifannya. Bisa
dikatakan seirilah yang menentukan kekreatifan dan kekritisan seseorang
terhadap sebuah objek (tempat kerja). Seiri bukan hanya untuk menata barang
agar tempat yang minimalis dapat menyimpan berbagai barang dengan rapi, tapi
juga sebagai penentu langkah kedepannya.
Pendidikan vokasi juga
menggunakan langkah seiton. Seiton sendiri berpacu pada kerapian. Dengan penataan yang sesuai, barang yang ada
dapat diketahui seberapa banyak yang dapat disimpan dengan penataan barang
dengan mecam seperti itu, dan seberapa kreatif tempat penyimpanan maupun
indikasi yang dibuat sehingga barang yang hilang maupun belum dikembalikan
dapat langsung diketahui.
Penerapan 5S pada
pendidikan vokasi terkhusus langkah seiso selalu atau kerap dilakukan karena
sudah terlatih dari awal. Tumpukan sampah mengganggu semua orang, bukan hanya
orang vokasional. Pendidikan vokasional memperhatikan kebersihan barang atau
alat. Kebiasaan membersihkan alat setelah digunakan dapat memperlancar
pekerjaan selanjutnya yang membutuhkan alat itu lagi. Kebersihan lingkungan
adalah salah satu langkah untuk menjaga kesehatan agar tidak terganggunya tugas
maupun kewajiban yang harus dilakukan.
Seiketsu di
implementasikan pada pendidikan vokasional. Pada penerapannya seiketsu
tergantung pada individunya, ada individu yang jorok, ada yang netral dan ada
yang sangat takut kotor. Individu yang jorok biasanya mandi atau menjaga
kebersihannya saat ada waktu atau moodnya
baik. Individu yang netral atau normal biasanya mandi sesuai dengan biasanya,
sehari 2 kali dan menjaga kebersihannya sendiri. Sedangkan, pribadi yang sangat
takut kotor sangat jijik ketika ada sedikit kotoran yang menempel pada
tubuhnya.
Shitsuke adalah kesadaran
diri sendiri. Dalam hal ini pendidikan vokasi harus sadar akan kedudukannya dan
harus kritis dalam menyikapi atau melakukan apapun. Sehingga seiri, seiton,
seiso, dan seiketsu terlaksana dengan sempurna dan menghasilkan hasil yang
terbaik dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
D.
Analisa
5S singkatnya adalah
penerapan yang berkaiatan dengan tata letak barang maupun kerapian tempat
kerja. Pentingnya seiri, seiton, seiso, seiketsu,
dan shitsuke tegantung pada dunia kerja itu
sendiri. Pada lingkungan kerja yang banyak alat maupun bahan penerapan 5S
sangat penting karena dengan susunan alat maupun barang yang rapi memudahkan
pekerja untuk mengambil alat maupun barang sesuai kebutuhan. Untuk lingkup
kerja yang menggunakan alat berat ataupun besar biasanya tidak terlalu banyak
menggunakan alat kecil sebab pemakaian alat berat itu menghasilkan bahan yang
jadi maupun hampir jadi, dalam kata lain adalah alat berat itu otomatis dalam
lingkup kerja yang menggunakan alat berat tidak terlalu menerapkan penerapan 5S
karena masukan dalam bentuk barang mentah dan keluaran dalam jadi. Pekerja
hanya mengoperasikan alat berat tesebut dan menata barang mentah yang ada
sebelum dimasukkan ke alat, serta menata barang jadi yang telah keluar dari
mesin, lalu finishing kemudian pengemasan.
Penerapan 5S merupakan teknik pengurusan bagi mewujudkan
budaya peningkatan yang terus menerus atau disebut sebagai "KAIZEN" dalam
bahasa Jepang. 'KAIZEN' adalah
kaidah atau aturan perbaikan secara terus menerus sedikit demi sedikit terutama
aktivitas-aktivitas berkaitan pengurusan sumber manusia dan proses.
Penerapan 5S hanya akan maju atau sukses atau bejalan dengan komitmen seluruh
ahli atau pekerja maupun orang didalam
organisasi. 5S diambil dari huruf 'S' diawalan perkataan bahasa jepang yaitu Seiri (Sort;Sisih), Seiton (Set In Order;
Susun), Seiso (Shine; Sapu), Seiketsu (Standardise; Seragam), Shitsuke
(Sustain; Sentiasa Amal).
Seiri menekankan pada prioritas penempatan alat kerja
maupun bahan. Seiri adalah langkah awal untuk penerapan 5S. Seiri
seperti halnya pintu sekaligus pokok dalam 5S, dengan ini seiton,
seiso, seiketsu, dan
shitsuke dapat terlaksana. Seiri menempatkan barang yang prioritas dekat
dengan tangan atau mudah dijamah atau diambil, sebaliknya barang yang tidak
terlalu prioritas ditempatkan pada tempat yang tidak mengganggu barang-barang
atau alat kerja yang prioritas.
Seiton menggaris besar pada kerapian penempatan barang
dan alat kerja. Dalam hal ini lingkup kerja menyediakan tempat untuk barang
sejenis dan membeikan gambar pada alat tesebut agar pekerja yang mengambilnya
menempatkan barang kembali pada posisi seperti pada gambar. Dan pemberian gambar
pada tempat penyimpanan barang bertujuan agar cepat dalam pengecekan barang
bahwa barang masih kurang atau tidak. Beberapa aturan dalam seiton antara lain:
barang yang kerap diunakan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dengan
cepat; bang yang jarang digunakan ditempatkan pada tempat ang sedikit jauh;
barang yang tidak digunakan langsung tapi masih harus disimpan yang diasingkan
dan di tandai dengan jelas; pastikan barang yang telah disusun rapi mudah
dicari, diambil, dan disimpan kembali; barang yang besar dan berat diletakkan
pada bagian bawah; barang yang mudah terbakar diletakkan pad tempat yang aman;
barang dan tempatnya hendaknya mempunyai tanda pengenalan (label, nomer, dan
sebagainya)
Seiso menitik beratkan pada kebersihan ruang kerja, alat
kerja atau barang mentah maupun barang jadi. Kebersihan ruang kerja sangat
penting agar tidak menimbulkan hazard bagi pekerja maupun orang yang akan lewat
dan tidak menimbulkan ketidak nyamanan saat bekerja. Kebersihan alat kerja
tidak kalah penting dalam hal ini, sebab alat kerja yang bersih merupakan
perawatan untuk alat kerja itu sendiri agar alat kerja itu awet (tidak
berkarat, dan sebagainya). Bagian
yang perlu dibersihkan antara lain: membersihkan semua sekitar tempat kerja
termasuk lantai, meja, mesin, peralatan dan semua sudut ruangan yang jarang
terjamah; memastikan mesin dan peralatan yang digunakan bebas dari kotoran; melungkan
waktu untuk kegiatan gotong royong dalam kawasan yang lebih luas; bagian yang
penting dibersihkan adalah kawasan atau wilayah penyimpanan peralatan dan
sekitarnya.
Seiketsu berkaitan dengan kebersihan individu. Kebersihan
individu juga termasuk kedalam 5S sebab dengan individu yang bersih, terlihat
bahwa individu ini berkelakuan atau berkebiasaan bersih. Jika individunya
bersih pasti kerjanya juga bersih. Individu yang bersih mencerminkan bahwa
individu itu tidak menunda pekerjaannya. Karena pribadi yang sering menunda
sulit menerapkan 5S ini, karena pribadi yang sering menunda cenderung
menghasilkan tumpukan, tumpukan barang, tumpukan tugas, maupun tumpukan sampah.
Kebesihan individu juga menjaga individu itu tetap bugar atau sehat, sehingga
industri atau perusahaan tidak dirugikan sebab ada pekerja yang tidak hadir,
sehingga berkurangnya produk yang dihasilkan industri tersebut.
Shitsuke adalah kesadaran pekerja maupun semua orang yang
terlibat dalam lingkungan tersebut terhadap penerapan seiri, seiton, seiso, dan
seiketsu. Shitsuke bisa dikatakan langkah terakhir dalam 5S, tapi paling
sulit untuk diterapkan. Dengan adanya perbedaan setiap pribadi menyebabkan
sulitnya menyadarkan akan kedisplinan kerja terutama alam 5S. Penerapan 5S
sangat sederhana tapi sulit untuk dilaksanakan karena kurangnya kesadaran
setiap individu. Shitsuke melibatkan pada kepribadian individu, agar pekerja
menerapkan 5S ada yang memiliki model yang harus dipaksa atau diberi sanksi
jika diketahui adanya pelanggaran maupun tindakan yang tidak menerapkan 5S
dalam lingkungan kerja yang menerapkan 5S. Adapula pula pribadi yang senang
diberi hadiah. Pekerja yang tekun, tepat dan taat aturan yang berkaitan dengan
5S dalam jenjang 3bulan diberi hadiah ataupun penghargaan.
Seperti
pada pembahasan sebelumnya 5S harus dilaksanakan beruutan agar menghasilkan
hasil yang maksimal. Sehingga dalam kegiatan dalam dunia kerja harus dikenalkan
dulu pekerja baru dengan peraturan maupun penerapan 5S agar pekerja baru yang
belum tau mengenai 5S maupun pekerja baru yang pernah mendapat pengetahuan
mengenai 5S tapi lupa dapat diingatkan lagi sehingga penerapan 5S dapat
dilaksanakan tanpa ada alasan kalau mereka tidak tahu menahu mengenai penerapan
maupun aturan 5S. Penerapan 5S dan aturan 5S bisa dipajang atau dibuat poster
dalam lingkungan kerja agar setiap pekerja hamper lupa akan aturan 5S dapat
diingatkan melalui poster yang telah dipajang pada tempat-tempat tertentu.
Kekurangan
dalam 5S bisa berupa kurangnya kesadaran pekerja mengenai pentingnya penerapan
5S, harus membuat sendiri tempat untuk penyimpanan alat yang ada, barang
ataupun alat yang rusak tapi milik pemerintah tidak bisa langsung dibuang
sehingga kebersihan kurang atau sulit dilakukan jika tidak ada ruangan untuk
alat itu sendiri, dan lain sebagainya.
Kelebihan
penerapan 5S dalam dunia kerja: menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, aman,
bersih, maupun rapi; melatih atau membiasakan pekerja agar selalu menerapkan
5S, dalam lingkup kerja maupun kehidupan sehari-hari; dapat meningkatkan produk
lebih banyak daripada yang tidak menerapkan 5S karena tidak binggung mengambil
alat yang dibutuhkan dan cepat mengambil alat maupun barang yang prioritas.
Mengurangi adanya kemungkinan hazard yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja
yang membuat efek jera pada pekerja maupun calon pekerja kerena pernah
terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan dan tidak terduga sama
sekali. Pelajar vokasional
mempunyai etika budaya berkualitas semasa di dunia kerja; menggurangi potensi kegagalan atau
kecelakaan; Lingkungan kerja menjadi lebih bersih dan teratur; Lokasi kerja menjadi lebih aman; Pencapaian boleh dilihat secara tidak
langsung yang bersangkutan; terciptanya ide yang lebih kreatif; menghemat masa
pencarian; pengerjaan yang lebih cepat atau hemat waktu; Kaidah-kaidah atau
aturan-aturan standard yang jelas; Memaksimakan penggunaan ruang dan kawasan.
5S
(Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shisuke) sangat penting dalam segala
bidang. Tidak hanya untuk mempermudah, tapi juga untuk mendisiplinkan diri agar
terciptanya suasana yang nyaman karena tidak adanya sampah yang menggangu mata,
menyengat hidung, mengkotori lingkungan kerja dan tidak adanya tumpukan barang
yang belum dikembalikan ke tempatnya yang membuat pekerja sulit untuk mengambil
barang atau alat yang dibutuhkan. Penerapan 5S memang memiliki kekurangan tapi
lebih banyak memiliki kelebihan dan manfaat.
Seiri,
seiton, seiso, seiketsu, maupun shitsuke diterapkan agar tidak perlu waktu lama
untuk mencari peralatan, perkakas, alat tulis dan sebagainya; agar tidak
kehabisan stok barang yang suatu saat dibutuhkan dan sangat mendesak, ketika
stok barang disusun rapi maka akan ketahuan jika stok akan habis sehingga harus
ditambah lagi stoknya; untuk mengetahui mesin atau peralatan rusak saat akan
digunakan pada kondisi siap pakai (bersih); agar diketahui segera jika ada
barang yang hilang karena lupa penaruhan/ lupa meletakkan maupun ada seseorang
yang meminjam tapi tidak dikembalikan; agar tidak perlu waktu lama jikalau
ingin memindahkan barang ke tempat lain.
Tujuan
sort, straighten, shine, standardize, dan sustain adalah: mewujudkan lingkungan
kerja yang kondusif, aman dan berkualitas; terlihat hasil kebersihan, keamanan,
dan keamanannya; pekerjaan di tempat kerja lebih mudah, cepat dan aman; lebih
banyak ide kreatif dan inovatif untuk penyelesaian masalah dalam perihal 5S;
menciptakan pekerja yang displin, beretika, dan memiliki prestasi yang lebih
baik; membina atau membimbing kebudaya yang baik atau cemerlang; meningkatkan
pandangan orang mengenai lingkungan kerja.
Panduan
mengalakkan penerapkan 5S antara lain: meneuskan program kesadaran kepentingan
penerapan program 5S; memastikan audit dalam penerapan 5S dilakukan sesuai
dengan jadwal; melakukan promosi secara terus menerus; menjalankan system
berhadiah atau pemberian penghargaan atas usaha yang dilakukan oleh pekerja;
melaksanakan system pantauan atau evaluasi yang efektif dan sistematik.
Kunci
kesuksesan penerapan ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin yaitu: kesungguhan
dan dorongan atau motivasi terus menerus dari pihak pengurusan; melaksanakan 5R
bermula dari pendidikan, latihan, dan penerapan secara terus menerus; tidak ada
bos/ pengatur dalam 5S, semua orang terlibat dan bertanggung jawab
melaksanakannya; senantiasa mengulangi atai menjalankan 5S secara terus menerus
untuk mencapai standar yang lebih tinggi.
Bomber et al. (2000) dan Tice et al., (2005) menyarankan bahwa 5S adalah
termasuk dalam metode prioritas yang penting yaitu, produktivitas, kualitas,
biaya, pengiriman, keamanan dan moral seperti yang ditunjukkan di dalam gambar
3. Kesemuanya menggambarkan proses perbaikan program seperti sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan, OSHA (ISO 4801: 2000), sistem Manajemen Lingkungan
(ISO 14001) dan seri ISO 9000 (sistem Manajemen Kualitas) adalah dalam rotasi
5S.
Sedangkan,
menurut Ahuja dan J.S Khamba, (2008) menjelaskan bahwa Proses Manajemen
Menyeluruh adalah hal yang sama dengan 5S. Gambar 3 menunjukkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kelestarian 5S secara menyeluruh di mana ada 6 faktor yang
diidentifikasi dan setiap faktor memiliki atribut yang mempengaruhi
faktor-faktor tersebut yang berupaya berkontribusi pada kelestarian 5S di Kolej
Vokasional.
Komitmen karyawan telah muncul sebagai salah satu variabel yang paling penting
dalam manajemen dan perilaku organisasi. Faktornya telah terbukti semakin
meningkat bahwa ada hubungan antara komitmen dan hasil variabel tertentu.
Definisi yang diberikan oleh berbagai peneliti adalah menunjukkan bahwa
komitmen karyawan adalah fenomena sikap. Ini adalah loyalitas yang ditunjukkan
oleh karyawan terhadap organisasi untuk mencapai tujuan dan visi perusahaan
serta untuk tetap dalam organisasi. Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa
ada hubungan yang kuat antara variabel demografis dan komitmen karyawan seperti
umur, jenis kelamin, gaji, masa kerja dan pendidikan, yang berhubungan negatif.
Peneliti juga menunjukkan bahwa imbalan kerja, nilai, motivasi, budaya dan
iklim organisasi, dan lain-lain adalah penentu utama komitmen karyawan. Penelitian
lanjutan menunjukkan bahwa pengadaan, ketidakhadiran, kepuasan kerja,
keterlibatan kerja, ketegangan kerja, peran kerja otonom, faktor kepribadian,
karakteristik pekerja dan konflik peran adalah hasil dari komitmen karyawan
(Girihagama, 2008).
Komitmen dari segi 5S tidak terbatas pada tingkat tertentu karyawan dalam
hirarki organisasi. Namun, komitmen harus datang dari seluruh organisasi (semua
tingkat staf) misalnya, dari manajemen puncak ke bawah / staf kecil termasuk
staf pembersihan.
Satu faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan 5S, komitmen
kepemimpinan adalah yang paling utama. Kepemimpinan memainkan peran penting
dalam membawa apa-apa perubahan dalam sistem organisasi dan budaya yang ada.
Bahkan, pelaksanaan 5S adalah bagian dari perubahan budaya organisasi. Jadi, 5S
tidak akan berhasil dengan hanya mencoba untuk mendapatkannya dengan
mengarahkan itu dilakukan oleh orang lain, tidak seperti setiap tugas lain yang
mana tugas ditujukan kepada bawahan. Pelaksanaan dan kelestarian 5S membutuhkan keterlibatan
100% murni dari manajemen puncak.
Perusahaan-perusahaan yang kurang berhasil tidak memiliki otonomi
(Administrasi Kendiri - Collins) di dalam organisasi. Pihak manajemen haruslah
100% di belakang kampanye 5S (Osada, 1993). Langkah pertama ialah, dapatkan
komitmen manajemen puncak dan selalu siap (Samuel & Cicmil, 1996). Setelah
dianggap sebagai faktor utama yang berkontribusi terhadap kelestarian 5S,
langkah berikutnya dapat ditujukan kepada dua faktor lengkap seperti dalam literatur.
Budaya organisasi yang dibuat oleh pemimpin dan salah satu fungsi yang
paling penting oleh kepemimpinan adalah berkontribusi pada penciptaan,
manajemen, dan jika sekiranya perlu, kehancuran budaya. Kebudayaan dan
kepemimpinan, ketika diperiksa dengan teliti, adalah dua sisi mata uang yang
sama dan tidak benar-benar dapat dipahami dengan sendirinya (Schein, 1991).
Jadi, ketika kepemimpinan dipilih sebagai faktor penelitian, hal yang sama akan
meliputi faktor budaya yang kondusif dalam organisasi. Begitu juga, perubahan
juga dikelola oleh pemimpin organisasi. Kebutuhan untuk perubahan tidak
membutuhkan perhatian ekstra, karena dapat dilindungi di bawah berbagai aspek
kepemimpinan. Tidak peduli berapa wawasan telah dibentuk, kepemimpinan harus
mengambil tanggung jawab untuk menentukan arah dan perubahan proses organisasi.
Kepemimpinan visioner adalah suatu keharusan (Fuller, 2001).
Hanya peran kepemimpinan dan pengawasan saja dalam mencapai keberhasilan
untuk menghasilkan perubahan dalam organisasi. Jadi, sangat penting bahwa
pemimpin dan supervisor dalam organisasi memiliki pemahaman yang mendalam
tentang prinsip-prinsip dasar perubahan untuk sukses (Carter, 1997).
Berdasarkan studi literatur, komitmen karyawan menyebabkan komitmen
terhadap keberhasilan organisasi. Namun, 5S perlu diperkenalkan sebagai alat
yang memainkan peran penting dalam mencapai keberhasilan organisasi. Karena
komitmen, karyawan berlatih 5S untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Pelaksanaan dan kelestarian 5S sukses adalah hasil dari komitmen staf
organisasi. Jadi, kepemimpinan dan kelestarian adalah dua faktor major yang
penting dalam melestarikan 5S dalam sesuatu organisasi (K.D.P.T. Liyanage,
K.L.R. Wijesinghe & A.T. Fonseka., 2009). Studi literatur adalah berguna dalam mengurangi ini
menjadi dua, yaitu kepemimpinan dan komitmen. Sumber yang dapat diperoleh hanya
dengan manajemen kepemimpinan. Budaya organisasi yang dibuat oleh
pemimpin-pemimpin (Schein, 1991). Jadi, peneliti memutuskan untuk mengkaji
kepemimpinan dan komitmen yang juga akan meliputi faktor budaya, sumber dan
kebutuhan untuk perubahan.
Menurut Straker (2010) menyatakan salah satu sistem dari negara Jepang yang
sering digunakan adalah 5S. Penerapan 5S sebenarnya adalah penerapan harian
dasar saja. Dari praktek dasar ini mereka telah berhasil mengembangkan ke
kegiatan - kegiatan mutu yang lain berdasarkan lingkungan
yang rapi dan disiplin. Pelaksanaan 5S ini telah berhasil melibatkan semua
pihak dan ini dengan sendirinya adalah satu kegiatan yang mudah tetapi banyak
dampak yang efektif. Ketika banyak yang sadar akan kehebatan kegiatan ini maka
mereka dapat melaksanakan dengan baik dan seterusnya tempat kerja menjadi rapi
dan terautr. Meskipun 5S berasal dari sektor industri, mereka telah dapat
menerjemahkan dengan baik ke situasi tempat kerja yang lain, dari laboratorium
research and development (R & D) sampai ke kantor direktur.
Metode
praktek 5S adalah permulaan bagi setiap program perbaikan. Ini adalah alat
untuk membantu dalam analisis proses yang berjalan di tempat kerja. 5S adalah
metodologi penciptaan dan pemeliharaan tempat kerja yang teratur, bersih,
sangat efektif dan berkualitas tinggi. Hasil dari implementasi praktek 5S
adalah organisasi tempat kerja menjadi lebih efektif, pengurangan dalam
lingkungan kerja, penghapusan kerugian yang terkait dengan kegagalan atau
kerusakan, perbaikan dalam keamanan dan kualitas kerja (Ho, 1997).
Mohamed (2002) mendefinisikan 5S yaitu sisih (Seiri) atau mengasing adalah
satu proses kerja mengasing barang yang perlu dari sekelompok barang yang tidak
diperlukan di tempat kerja. Sementara susun (Seiton) atau bahasa yang tepatnya
adalah menyusun dan melabel dilakukan setelah semua barang yang tidak digunakan
diisolasi. Ini bertujuan memudahkan penggunaan dan penyimpanan. S yang ketiga adalah
sapu (Seiso) yaitu menyapu. Kebanyakan karyawan akan merasa lebih nyaman ketika
bekerja dalam lingkungan yang bersih dan segar. Praktek ini akan meningkatkan
tingkat keamanan di tempat kerja dan peralatan yang digunakan. Di ikuti dengan
seragam (Seiketsu) yang dilakukan ketika kegiatan sisih, susun dan sapu telah
disempurnakan. Seragam adalah memelihara tempat kerja sepanjang waktu dari segi
kebersihan dan penataan sehingga mendatangkan keceriaan. Terakhir dalam urutan
ini adalah selalu praktik (Shitsuke) dimana setiap karyawan harus mengerti,
patuh, berusaha dan berlatih kebersihan organisasi serta tempat kerja.
Kelestarian praktek lingkungan kualitas 5S tidak akan berhasil di kalangan suatu
organisasi jika tidak ada komitmen yang berkesinambungan dari pihak majikan dan
juga pekerja dari tingkat awal dan berkelanjutan untuk memastikan praktek
lingkungan kualitas 5S (KDP T Liyanage, KLR Wijesinghe, AT Fonseka, 2009; Hayu
K. & Tri H., 2011). Pihak manajemen puncak (penanggung jawab
penerapan 5S) memainkan peran
penting dalam memastikan segala kegiatan dalam perencanaan lingkungan kualitas
5S dilaksanakan dengan baik serta melibatkan semua orang dalam organisasi
tersebut, kepemimpinan dari atasan memastikan praktek 5S menjadi budaya kerja
dan tidak terbeban (Chan YF & Gurnam KS, 2007; AD Minghat & NF Salimi,
2012; KDPT Liyanage, KLR Wijesinghe & AT Fonseka, 2009; Wiluddyana Ghoisi
Nafida, ING Wardana & Rudy Soenoko, 2011). Sikap kerja 5S kurang efektif
karena tidak adanya penghargaan, evaluasi dan komunikasi yang kurang kepada
karyawan dan pihak majikan. Regulasi 5S yang menitikberatkan pada audit, bukan
tingkat atau budaya 5S (Wiluddyana G. N., ING W. & Rudy S.O, 2011).
Wujudnya permasalahan dalam keterlibatan yang enggan melaksanakan praktek 5S
karena beranggapan
pekerjaan 5S ini bukan pekerjaan mereka dan akhirnya menyebabkan sejumlah kecil
saja yang melaksanakannya (Hayu K. & Tri H., 2011; Wiluddyana G. N, ING W.
& Rudy S., 2011; Sulaiman K., & Narawi L ., 2010) dan adanya organisasi
yang mendapat sertifikasi lebih awal serta bantuan keuangan dari organisasi
yang lain (MA Mohammad Yunus, Komunikasi Pribadi, 22 November 2012). Selain itu
juga, ada beberapa sekolah yang gagal mendapat persetujuan pemberian
sertifikasi 5S pada proses audit pertama kali. Selain itu, sertifikasi 5S ini
hanya sah dalam waktu satu tahun, kebanyakan permasalahan adalah dalam periode
awal. Namun, kebanyakan perusahaan, industri atau lembaga pendidikan mampu
untuk mendapatkan sertifikasi tersebut. Kebanyakkan permasalahan untuk
mendapatkan sertifikasi ini adalah pada audit kali kedua dan seterusnya (H. N.
Ismail, komunikasi pribadi, 2012; M. A. Mohammad Yunus, Komunikasi Pribadi,
2012).
1 id.wikipedia.com
2
en.wikipedia.com
3 What
Is 5s?- Sort, Set In Order, Shine, Standarize, Sustain
4 5S
Comprehensive Education and Resource Center
5 Masaaki
Imai. 1998. Genba Kaizen : Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah Pada
Manajemen. Jakarta: Pustaka Brinaman Pressindo.
6 Masaaki
Imai & Brian Heymans. 2000. Collaborating for Change: Gemba Kaizen.
San Francisco, Berrett-Koehler Publishers.
7Alli, BO.
(2008). Fundamental principles of Occupational
Health and Safety, 2nd edition, ILO, Geneva
8Kusnandi,
Eris. 2011. Tentang 5S – Seiri, Seiton,
Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Tangerang
9 Oxford
Beginner's Japanese Dictionary. 2000. Oxford University Press.
10 5S Comprehensive Education and Resource Center
11 KBBI
KESIMPULAN
Dari
analisa dan pembahasan sebelumnya didapat bahwa seiri, seiton, seiso, seiketsu,
dan shitsuke adalah langkah maupun cara untuk menata (penempatan), merapikan,
membersihkan, menjaga kebersihan diri sendiri maupun menyadarkan individu bahwa
sangat pentingnya 5S untuk lingkungan kerja maupun lingkungan hari-hari dalam
pendidikan vokasional. Seiri menitik beratkan pada penataan (penempatan alat
kerja, barang, maupun bahan), penempatan adalah langkah awal untuk tercapainya
tujuan- tujuan yang akan dicapai selanjutnya. Penampatan yang baik harus sesuai
kegunaan, seberapa sering barang tersebut digunakan dan seberapa penting alat
tersebut sehingga harus diletakkan pada tempat yang mudah dicapai. Dalam hal
ini pendidikan menerapkan apa yang telah mereka pelajari sebagai peserta didik
vokasional yang mengcu pada kreatifitas sehingga menjadi tenaga ahli pada
bidangnya.
Pada
seiton bisa digaris bawahi bawhwa inti dari seiton adalah kerapian. Kerapian
penyusunan alat kerja, kerapian pegerjaan tugas maupun job, maupun
kerapian dalam penampilan individu. Kerapian penyusunan alat kerja juga
dipengaruhi dengan penempatan yang tepat. Pemberian indikasi atau tanda agar
rapi dan mudah diketahui jikalau ada barang yang hilang, belum kembali
ketempatnya, maupun stok bahan akan segera habis. Kerapian menentukan posisi
mana yang tepat untuk menaruh barang sesuai ukuran. Biasanya barang yang besar
dan berat ditempatkan pada posisi paling bawah. Dalam hal ini orang-orang
vokasional membuatlingkungannya rapi karena telah melaksanakan langkah pertama
dan akn mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam
Bahasa Indonesia seiso diartikan bersih. Bersih dalam hal ini bebeas dari
tumpukan sampah, tumpukan debu maupun kotoran yang menempel pada alat yang
telah digunakan. Tumpukan sampah, debu, maupun kotoran biasa terjadi karena
tidak berkesinambungan dengan langkah pertama dan kedua. Saat adanya tumpukan
sampah, debu maupun kotoran berarti penataan alat kerja, barang, maupun bahan
tidak pas atau tidak tepat sehingga tidak tercipta kerapian pada lingkungan
kerja. Dengan begitu aka nada tumukan sampah, debu maupun kotoran pada tumpukan
barang yang tidak ditempatkan pada tempat yang telah disediakan. Tumpukan
kotoran, debu, maupun sampah yang ada akan menimbulkan adanya hazard pada
lingkungan yang kotor. Seperti halnya: alat kerja berkarat, tidak terciptanya
kenyamanan pada pekerja, mengganggu pandangan mata karena kondisi yang kotor,
dan menyebabkan adanya kecelakaan kerja (contohnya: tergelincir karena plastik,
tersandung, dsb). Penerapan pada pendidikan yaitu membudayakan vokasioner
membuang sampah pada tempatnya, membersihkan alat kerja setelah digunakan, dan
sebagainya.
Seiketsu
intinya adalah menjaga kebersihan diri. Membersihkan diri tidak hanya membuat
nyaman dirinya sendiri tapi juga salah satu cara untuk menjaga kesehatan
badannya sendiri. Selain untuk dirinya sendiri, seiketsu membuat susasana
nyaman jika dilakukan karena tidak mengganggu pekerja lain ketika badan bersih,
tidak bau, dan sebagainya. Dalam pendidikan vokasional, keahlian dapat
dilakukan dengan baik untuk menyukseskan keahlian seorang vokasioner pada
bidangnya.
Shitsuke
menuntut adanya kesadaran diri untuk mensukseskan tujuan 5S. Shitsuke adalah
langkah terakhir dalam 5S dan paling sulit untuk dilaksanakan karena dapat
dilaksanakan terganun pada pribadi sendiri - sendiri. Untuk menyadarkan setiap
individu bisa melalui dorongan dalam bentuk motivasi maupun penghargaan setiap
tindakannya yang sesuai dengan penerapan 5S. Shitsuke juga harus dilaksanakan
vokasioner, vokasioner harus saar betapa pentingnya penerapan 5S dalam
kehidupan sehari – hari dan dalam dunia kerja nanti. Sadar dan kritis dalam
segala masalah yang ada sehingga terlaksanalah penerapan 5S.
Penerapan
5S harus urut, bertahap, dan diulangi terus menerus untuk menghasilkan standar
yang lebih tinggi dari yang sebelumnya. 5S mudah untuk diucapkan, tapi sangat
susah dilaksanakan butuh kretifitas yang tinggi, sikap yang ulet, mengulangi 5S
berulang kali untuk hasil yang lebih maksimal. 5S sangat cocok untuk pendidikan
vokasi sehingga lulusan pendidikan vokasi mempunyai pandangan yang urut yang
mengacu pada 5S, akhirnya tercapailah cita- cita vokasioner untuk menjadi
tenaga ahli dalam bidangnya karena sudah memiliki pandangan untuk meningkatkan
produktivitas yang slah satunya adalah penerapan 5S dalam dunia kerja.
REFERENSI
_________. 2016. http://teknikelektronika.com/pengertian-5s-5r-penerapan-5s/. (diakses tanggal
10 Juni 2016)
_________.____.What Is 5s?- Sort, Set In Order, Shine, Standarize,
Sustain
_________.____.5S Comprehensive Education and Resource Center
Masaaki Imai. 1998. Genba
Kaizen : Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah Pada Manajemen.
Jakarta: Pustaka Brinaman Pressindo.
Masaaki Imai & Brian Heymans.
2000. Collaborating for Change: Gemba Kaizen. San Francisco,
Berrett-Koehler Publishers.
Alli, BO. (2008). Fundamental
principles of Occupational Health and Safety, 2nd edition,
ILO, Geneva
Kusnandi, Eris.
2011. Tentang 5S – Seiri, Seiton, Seiso,
Seiketsu, Shitsuke. Tangerang
_________.2000.Oxford
Beginner's Japanese Dictionary. Oxford University Press.
_________.5S
Comprehensive Education and Resource Center
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Ahuja
I.P.S & Khamba J.S. 2008. Journal of
Quality in Maintenance Engineering (Vol. 14 No.2). pp. 123-147.
Ahuja
I.P.S & Khamba J.S. 2008. Strategies
and Success Factors for Overcoming Challenges in TPM Implementation in Indian Manufacturing
Industry. University College of Engineering, Punjabi University, Patiala,
India.
Ho
S,K. & Cicmil S. 1991. The TQM
Magazine, (Vol.8, No.1).
Ho
S.K, 1995.
TQM: An Integrated Approach-Implementation through Japanese 5-S and ISO 9000. Kogan
Page, London.
Ho
S.K. 1995. The Japanese 5-S Practice and
TQM Training, Training for Quality (Vol.3). MCB University Press, No.4, pp.
19-20.
Luthens
F. 2001. Organizational Behaviour (Ninth
Ed), McGraw-Hill, pp235-238, 614-642.
M.
Nizam Ab Rahman. American Journal of
Applied Sciences. Implementation of Practices in the Manufacturing
Componies: A Case Study. 2010. 7 (8): 1182-1189.
M.
Yusoff N. H., Norsaadah. S. &Aspalilla. M. Keberkesanan Aktiviti Audit Dalaman 5S Dalam Membantu Fasilitator
Memantau Amalan 5S di Politeknik Merlimau: Persidangan Kebangsaan Penyelidikan
Dan Inovasi Dalam Sistem Latihan Dan Pendidikan Teknikal Dan Vokasional 2012.
Pusat Pendidikan Berterusan. Perpustakaan Negara Malaysia. 591. Malaysia
Productivity Corporation (2012). Langkah
Pelaksanaan Persekitaran Berkualiti : Selangor: Ibu Pejabat MPC.
Osada
T. 1991. The Five Keys to a Total Quality
Environment (Second Ed.) Asian Productivity Organization, Jepang.
Raid
A. Al-Aomar. World Academy of Science,
Engineering and Technology. Applying 5S Lean Technology: An Infrastructure for
Continuous Process Improvement. 2011. 59: 2014 – 2019.
Samuel
K.M. Ho. Global Sustainable Development
Through The Intergrated Lean Management (Green 5-S) Model For TQM. Nang Yan
Bussiness Journal. 1(5): 27 – 37.
Schein
E.H. 1991. Organizations Culture and
Leadership.
Supardi. 2012. Persepsi Pengajar terhadap Pelaksanaan
Amalan 5S di KolejKemahiran Tinggi Mara. Malaysia
Thompson
P. & McHugh D. 1990. Work
Organizations, a Critical Introduction, Macmillan Education LTD, PP.228-242
Halim, Nurul Anis
Abdul, Mohd Nor Ihksan, dkk. 2013. Faktor
yang Mempengaruhi Kelestarian 5S di Kolej Vokasional. Malaysia.
bagus artikelnya guna mendukung 5S (5R) di tempat kerja anda masing-masig juga bisa pembaca peroleh di halaman ini...tks.. Langkah Mudah Menerapkan 5S/5R
BalasHapus