Pages

Selasa, 14 Juni 2016

Pentingnya 5S (Sort, Sustain, Standardize, Shine, Straighten) dalam Pendidikan Vokasional



Pentingnya 5S (Sort, Sustain, Standardize, Shine, Straighten) dalam Pendidikan Vokasional
disusun oleh: 
Anindita Sari Maharani (15518241017)
Program study Pendidikan Teknik Mekatronika
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK
            Pada masa ini banyak yang tidak memperhatikan 5S (Sort, Sustain, Standardize, Shine, Straighten) dalam kehidupan sehari-hari pada pendidikan vokasi maupun dalam industri. Menaruh barang tidak memperhatikan tata letak, kerapian, kebersihan dan sebagainya. Orang-orang terlalu sibuk untuk memperhatikan 5S, barang hanya ditempatkan seenaknya saja ditaruh, yang penting cepat lalu bisa melanjutkan kegiatannya selanjutnya ataupun cepat istirahat.
            Penulis pada kesempatan ini ingin memaparkan pentingnya 5S dalam kehidupan sehari-hari pada pendidikan vokasi. 5S dalam Bahasa Indonesia diartikan ringkas, rajin, rawat, resik, rapi. Ringkas, rajin, rawat, resik, dan rapi bukan hanya sebagai arti dalam Bahasa Indonesia tapi juga sebagai tujuan dari 5S yaitu agar tumpukan barang ringkas, agar rajin, agar barang-barang terawat, agar semua barang resik, dan rapi. Dalam hal ini 5S juga bertujuan agar enak dipandang dan tidak menimbulkan hazard ketika mengambil atau menyampar barang yang posisinya tidak tepat. Metode pengumpualan informasi ini didapat melalui beberapa referensi seperti buku, internet, dan meteri pembelajaran yang telah diberikan oleh dosen pengampu.
            Target luaran yang penulis harapkan antara lain tercapainya lingkungan atau ruangan yang nyaman, aman, bersih, dan rapi.
Keyword: 5S, tataletak, vokasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 ialah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.1 K3 melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.2 Dalam K3 dikenal adanya 5S yang berkaitan dengan tata letak, kerapian, dan lain sebagainya.
5S is the name of a workplace organization method that uses a list of five Japanese words: seiri, seiton, seiso, seiketsu, and shitsuke. Transliterated into Roman script, they all start with the letter "S".3 The list describes how to organize a work space for efficiency and effectiveness by identifying and storing the items used, maintaining the area and items, and sustaining the new order.4 The decision-making process usually comes from a dialogue about standardization, which builds understanding among employees of how they should do the work. 5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.5 Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan penerapan kaizen agar dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S.5 Di Indonesia metode ini dikenal dengan istilah 5R, sedangkan di Amerika dan Eropa dikenal dengan 5C.5
Penerapan 5S dilaksanakan secara bertahap sesuai urutannya.6 Jika tahap pertama (seiri) tidak dilakukan dengan baik, maka tahap berikutnya pun tidak akan dapat dijalankan secara maksimal, dan seterusnya6
Pendidikan vokasional (vokasi), atau yang disebut pendidikan ketrampilan, saat ini menjadi jalan pintas (alternatif) pembelajaran yang diyakini mampu menjadi solusi atau jalan keluar dalam mengurangi jumlah pengangguran. Hal itu disebabkan, konsep pendidikan yang lebih menitikberatkan pada keterampilan (skill), dirancang dengan kurikulum yang mengasah keterampilan, disiplin, dan konsep pesertanya tentang pekerjaan dan kewirausahaan. Di samping keuntungan lain, yaitu alternatif pembiayaan dan jangka waktu pendidikan yang relatif lebih cepat dan murah, jika dibandingkan kuliah di Strata 1. Lulusannya diarahkan untuk mengisi lowongan pekerjaan di berbagai bidang usaha, tingkatan  menengah (level admisnistrasi, staf, atau supervisor), yang pada kenyataannya memiliki jumlah lebih besar/ kemungkinan lapangan pekerjaan yang lebih banyak, ketimbang level atas yaitu posisi para Manajer, dan Dewan Direksi.
Sekarang ini, biaya pendidikan yang bertambah mahal (berkali-kali lipat) memang menjadi masalah utama bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi. Belum lagi ketika mereka lulus nanti, tidak ada jaminan untuk anaknya bisa langsung bekerja, karena misalnya, kompetensi yang dimiliki si anak dianggap belum memadai, perlu untuk dilatih lagi. Atau, terkadang masih memerlukan pendidikan khusus dari asosiasi profesi yang bersangkutan, untuk menjalankan pekerjaan tertentu sebelum ia dapat bekerja. Misalnya saja Sarjana Hukum, Sarjana Farmasi, atau Sarjana yang lain, harus lulus pendidikan profesi dulu sebelum menjalankan profesinya.
Program pendidikan vokasional,  diharapkan dapat menjembatani dunia pendidikan tinggi dengan dunia kerja dan kebutuhan pasar. Lulusannya harus siap pakai. Kualifikasi lulusan pendidikan vokasi dapat diperhitungkan di pasaran, bahkan untuk jenis pekerjaan tertentu (adm di bank, misalnya) lulusan pendidikan vokasi bisa bersaing dengan lulusan dari S1, dan diterima. Pendapat bahwa gelar akademik sarjana dipandang lebih berharga dibandingkan gelar Ahli Madya, sudah mengakar dalam budaya masyarakat. Ini sudah saatnya diubah.
Perbedaan utama antara pendidikan akademik dan vokasional terletak dalam keahlian yang dicapai lulusannya. Lulusan pendidikan akademik lebih berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan secara teori, sedangkan lulusan pendidikan vokasional lebih pada penguasaan praktek dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
B.    Rumusan Masalah
1.      Mengapa ada Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ?
2.      Apa pengertian 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, and shitsuke) ?
3.      Bagaimana penerapan 5S dalam wilayah kerja ?
4.       Apa pengertian pendidikan Vokasi ?
5.      Bagaimana hubungan pendidikan vokasi dengan 5S ?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui bahwa K3 bertujuan untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
2.      Untuk mengetahui pengertian 5S, 5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.
3.      Untuk mengertahui penerapan 5S dalam wilayah kerja yang harus dilakukan secara bertahap sesuai urutan agar dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S.
4.      Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan vokasi yaitu penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya.
5.      Untuk mengetahui hubungan pendidikan vokasional dengan 5S.
C.    Manfaat
Pembahasan ini bertujuan untuk menyadarkan pembaca betapa pentingnya 5S dalam wilayah kerja, di industri maupun kehidupan sehari-hari. Sehingga tercapailah wilayah yang rapi enak di pandang dan ditk menimbulkan hazard bagi siapapun ketika tata letak barang telah tertata rapi dan dijaga kebersihannya.
Pembahasan ini juga bermanfaat bagi pekerja di industri, pemilik industri maupun pandangan pengunjung industri. Bagi pekerja industri penataan sesuai 5S mempemudah pekerja untuk mengambil alat yang dibutuhkan, tidak perlu mencari-cari dahulu ketika akan digunakan, semua barang tertata rapi pada tempat yang disediakan. Bagi pemilik industri tidak perlu mengeluarkan uang terus menerus karena barang atau alat rusak maupun hilang karena penempatan yang seenaknya. Bagi para pengunjung tidak terlalu was-was ketika penempatan alat sesuai 5S karena penempatan sesuai standar akan mengurangi adanya kemungkinan hazard dan penempatan alat sesuai 5S akan membuat pengunjung tidak merasa dirugikan karena penataan alat yang rapi ataupun menginspirasi.
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Artikel yang Terkait Mengenai 5S
Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni dalam pengelolaan bahaya (antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian) di tempat kerja yang berpotensi menurunkan derajat kesehatan dan kesejahteraan pekerja.7
Bagi yang pernah mengikuti pelajaran K3 dan berinteraksi dengan dunia pabrik tentunya tidak asing dengan istilah 5S.8 Pabrik yang menerapkan program 5S akan terlihat bersih dan teratur.  Dunia pabrik berpikir keadaan yang berantakan akan menyembunyikan masalah. Program 5S dilihat sebagai usaha untuk memunculkan masalah yang selama ini tersembunyi  dari para pemecah masalah (problem solver).8
Saat ini, program 5S telah banyak diadopsi oleh berbagai industri di berbagai negara maupun dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Popularitas 5S ini tak lepas dari kesuksesan industri Jepang yang selama ini memusatkan perhatiannya terhadap pengurangan segala  pemborosan (waste).8 5S adalah landasan untuk membentuk perilaku manusia agar memiliki kebiasaan (habit) mengurangi pemborosan di tempat kerjanya.8
JEPANG
INDONESIA
INGGRIS
5S
5R
5S
5P
5K
5S
1S
Seiri
Ringkas
Sortir
Sisih
Pemilahan
Ketertiban
Sort
2S
Seiton
Rapi
Susun
Susun
Penataan
Kerapihan
Set in Order
3S
Seiso
Resik
Sapu
Sasap
Pembersihan
Kebersihan
Shine
4S
Seiketsu
Rawat
Rawat
Sosoh
Penjagaan
Kelestarian
Standardize
5S
Shitsuke
Rajin
Swa-disiplin
Suluh
Penyadaran
kedisiplinan
Sustein
Pengertian 5R (5S) ialah metode untuk mengatur / mengelola tempat kerja menjadi tempat kerja yang lebih baik secara berkelanjutan dalam segi penataan alat, kebersihan, dan lain sebagainya. Penerapan 5R bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas di tempat kerja.
Manfaat penerapan 5S di tempat kerja antara lain: Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang lebih efisien, meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan menjadi luas/lapang, mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang bagus/baik, menambah penghematan karena menghilangkan berbagai pemborosan di tempat kerja. Each of the 5S guidelines help managers and workers achieve greater organization, standardization, and efficiency—all while reducing costs and boosting productivity.4 Some core principles of the 5S concept involve creating and maintaining visual order, organization, cleanliness, and standardization.4 With these goals in place, the hope is that workplaces can become more efficient, organized, and equipped to carry out daily tasks in a safe manner.4 5S dikembangkan di Jepang dan berdiri untuk kata-kata Jepang seiri (kerapian), seiton (ketertiban), Seiso (kebersihan), Seiketsu (standardisasi), dan Shitsuke (disiplin). Terjemahan bahasa Inggris dari kata-kata ini telah diedit untuk mempertahankan 5S ini.4 5S ialah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh untuk tercapainya tujuan lokasi kerja serta tidak adanya masalah tersembunyi dalam tumpukan barang yang diletakkan tidak sesuai dengan penerapan 5S.5 Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan penerapan kaizen agar dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S.5 Di Indonesia metode ini dikenal dengan istilah 5R, sedangkan di Amerika dan Eropa dikenal dengan 5C.5
整理 (seiri) atau Ringkas merupakan kegiatan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan sehingga segala barang yang ada di lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan dalam aktivitas kerja.9 Barang yang prioritas ditempatkan pada posisi yang mudah dijangkau dan barang yang tidak terlalu diperlukanditempatkan pada tempat yang tidak menghalangi kegiatan pelaku kerja.  Sort through materials, keeping only the essential items needed to complete tasks.10 Ringkas adalah tidak banyak memerlukan tempat.11
Sort
1.Hapus item yang tidak perlu dan membuangnya pada tempatnya.
2. Membuat pekerjaan lebih mudah dengan menghilangkan hambatan.
3. Mengurangi kemungkinan terganggu dengan item yang tidak perlu.
4. Mencegah akumulasi item yang tidak perlu.
5. Mengevaluasi item yang diperlukan berkaitan dengan biaya atau faktor-faktor lain.
6. Hapus semua bagian atau alat yang tidak digunakan.
7. Pisahkan bahan yang tidak diinginkan dari tempat kerja.
8. Butuh pengawas sepenuhnya terampil untuk memeriksa secara teratur.
9. Jangan menempatkan barang-barang yang tidak perlu di tempat kerja dan
    mendefinisikan area merah-tag untuk menjaga barang-barang yang tidak perlu.
10. Pembuangan sampah.2
Seiri merupakan langkah awal pelaksanaan 5S, yaitu: memilahan barang yang berguna dan tidak berguna:8
Barang berguna => Disimpan8
Barang tidak berguna => Dibuang8
Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu menandai barang-barang yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin efisien tempat kerja tersebut.8
整頓 (seiton) atau Rapi, segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat diperlukan.9 Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang berguna agara mudah dicari, dan aman, serta diberi indikasi.8 Rapi ialah baik, teratur, dan bersih; apik.11
Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu menempatkan barang-barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan indikasi atau penjelasan tentang tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebut agar pada saat akan digunakan barang tersebut mudah dan cepat diakses.8 Signboard strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondar-mandir mencari barang.8
Straighten
1. Atur semua item yang diperlukan sehingga mereka dapat dengan mudah dipilih untuk
     digunakan.
2. Mencegah kerugian dan buang-buang waktu dengan mengatur stasiun kerja sede-
    mikian rupa bahwa semua perkakas / peralatan adalah di dekat. Buatlah agar mudah
    untuk menemukan dan mengambil barang-barang yang diperlukan
3. Pastikan pertama-datang-pertama-dilayani
4. Membuat alur kerja halus dan mudah
5. Semua pekerjaan di atas harus dilakukan secara runtin 2
清楚 (seiso) atau Resik, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.9 Pembersihan secara teratur dan pemeliharaan.3 Proactive efforts to keep workplace areas clean and orderly to ensure purpose-driven work.10 Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta mesin, baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka program preventive maintenance (PM).8 Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja yang turun akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan.8
Shine
1.      Bersihkan tempat kerja Anda
2.      Gunakan pembersih inspeksi
3.      Mencegah kerusakan mesin dan peralatan
4.      Ketika di tempat, siapa pun yang tidak akrab dengan lingkungan harus mampu mendeteksi masalah dalam 50 kaki di 5 detik.2
清潔 (seiketsu) atau Rawat, merupakan kegiatan menjaga kebersihan pribadi sekaligus mematuhi ketiga tahap sebelumnya.9 Mempermudah untuk mempertahankan dan menyederhanakan serta standarisasi.3 Rawat adalah pelihara, urus, jaga.11
 Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu: penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih menjadi suatu standar kerja, sehingga alat yang telah bersih dan rapi dapat di tentukan bahwa alat tersebut sesuai standar kemudian distandarisasi.8 Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso harus distandarisasi.8 Standar-standar ini harus mudah dipahami, diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan  diperiksa secara teratur dan berkala.8
Standardize
1.Standarisasi praktek-praktek terbaik di area kerja.
2. Mempertahankan standar yang tinggi dalam organisasi tempat kerja setiap saat.
3. Menjaga ketertiban atau menjaga segala sesuatu sesuai dengan standar.
4. Semuanya pada tempatnya.
5. Setiap proses memiliki standar.2
躾け (shitsuke) atau Rajin, yaitu pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja dalam menjalankan seluruh tahap 5S.9 Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika/sopansantun kerja: Disiplin terhadap standar, saling menghormati, malu melakukan pelanggaran, dan senang melakukan perbaikan.8 Sustain new practices and conduct audits to maintain discipline.10 Mempertahankan apa yang telah dicapai.3 Rajin adalah suka bekerja (belajar dan sebagainya), getol, sungguh-sungguh bekerja, selalu berusaha giat.11
Sustain
1.Untuk menjaga agar kerja yang tepat.
2. Juga diterjemahkan sebagai "tanpa diberitahu".
3. Lakukan audit reguler.
4. Pelatihan dan disiplin.
5. Pelatihan adalah proses berorientasi tujuan. umpan balik yang dihasilkan diperlukan bulanan.2
Alasan mengapa 5S perlu diadopsi
5S diadopsi berbeda-beda di setiap fasilitas, tergantung kebutuhan, proses, dan budaya dari setiap tenaga kerja yang diberikan.3 Tapi, tidak peduli bagaimana hal itu dilakukan, perusahaan besar dan kecil dapat menikmati banyak manfaat dari mengadopsi metodologi 5S:
1.      Peningkatan profitabilitas: Perusahaan dapat menyimpan jam kerja, uang, dan sumber daya lainnya.3 peningkatan profitabilitas merupakan keinginan dari hampir seluruh industri. Dengan jam kerja sebentar, modal yang tidak banyak, sumber daya yang melimpah dan menghasilkan produk yang banyak, sehingga tujuan perusahaan tercapai
2.      Tenaga kerja yang lebih efisien: Dengan prosedur standar di tempat, personil dapat fokus pada apa yang penting.3 keefektifan pekerja sangat diinginkan oleh pimpnannya agar menghasilkan produk sesuai dengan waktu yang ditentukan, tetapi keterbatasan tenaga (lelah), rasa malas, dan kebiasaan menggampangkan segala sesuatu membuat keefektifan pekerja sulit atau jarang didapat.
3.      Layanan yang lebih baik: Dengan lebih terorganisir, bersih, tempat kerja efisien, karyawan dapat menghabiskan lebih banyak waktu memberikan pelayanan yang memuaskan.3 Layanan yang baik untuk pekerja membuat pekerja semangat bekeja, tetapi perusahaan harus menyediakan uang/dana dalam kata lain merogoh kocek lebih dalam sehingga layanan yang baik terpenuhi.
4.      Tempat kerja Aman: Karyawan beresiko kurang dan bisa merasa lebih aman di ruang kerja bersih dan terorganisir.3 Tempat kerja yang aman membuat pekerja sedikit merasa nyaman sedikitnya resiko pekerja mengalami kecelakan kerja.
Hal untuk pelaksanaan program 5S berdasarkan beberapa literature/gambaran dan juga perspektif pribadi saat menyaksikan langsung aktivitas 5S di tempat kerja.yaitu : Membutuhkan keterlibatan/partisipasi semua orang dalam organisasi dari level atas sampai level bawah, membutuhkan komitmen manajemen untuk memastikan kegiatan 5S dilakukan setiap hari dan dianggap sebagai prioritas, merubah perspektif semua orang dalam organisasi bahwa 5S lebih dari sekedar program kebersihan maupun housekeeping management, menerapkan 5S secara konsisten untuk perubahan budaya, menggunakan sistem visual display untuk mengkomunikasikan  aktivitas 5S secara efektif, melakukan audit 5S secara teratur (mingguan, bulanan, dan surprise audit) untuk menilai performance, membutuhkan edukasi tentang konsep  dan keuntungan aktivitas 5S.8
Dalam penerapan 5S, terdapat 4 langkah yang perlu dilakukan antara lain : Melakukan pengamatan/perekaman keadaan sekarang agar dapat dijadikan perbandingan setelah melakukan kegiatan 5S (before and after); melaksanakan penerapan 5S; pembudayaan 5S, Jadikan 5S merupakan bagian yang tidak terlepas dari aktivitas kerja harian kita; evaluasi/penilaian kembali terhadap 5S dan lakukan tindakan pencegahan agar 5S tetap terjaga di tempat kerja.12 Contoh : bagaimana mencegah debu tidak melekat di mesin, bagaimana mencegah peletakkan barang yang tidak pada tempatnya.12
Beberapa cara yang sering dilakukan untuk menjaga 5S tetap berjalan dengan baik di perusahaan adalah dengan menerapkan petugas khusus 5S, Piket 5S, Patroli (audit) rutin, 5S day/month (hari atau bulan 5S), Lomba 5S dan Warta 5S.12 Penerapan 5S gampang diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan. Kesuksesan penerapan 5S tergantung pada pekerja dalam lingkungan kerja tersebut, apakah pekerja menaati aturan untuk mengembalikan barang/alat kerja sesuai pada tempat yang disediakan, membersihkan alat kerja, maupun kedisiplinan pekerja itu sendiri. 5S tidak dapat diterapkan dengan baik atau maksimal jika diterapkan sesuai urutan yang ada.
 
B.     Artikel yang Terkait Mengenai Pendidikan Vokasional
Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain, peserta didik secara langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya.
Pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan pendidikan. Hal tersebut merupakan jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik di lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia kerja. Pembekalan kecakapan hidup secara khusus menjadi muatan kurikulum dalam bentuk pelajaran keterampilan fungsional dan kepribadian profesional. Disamping pembekalan kecakapan hidup melalui mata pelajaran IPTEK dengan pendekatan tematik, induktif, dan berorientasi kebutuhan masyarakat di wilayahnya. Kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memampukan remaja-remaja menjadi anggota masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh. Departemen Pendidikan Nasional mengkategorikan keterampilan-keterampilan ini menjadi empat kelompok yaitu akademik, personal, sosial dan vokasional.
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih
sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung,
merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).
Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu, yang mencakup program pendidikan diploma 1diploma 2diploma 3, dan diploma 4, maksimal setara dengan program pendidikan sarjana. Lulusan pendidikan vokasi akan mendapatkangelar vokasi.
Pendidikan vokasional yang berorientasi pada pembekalan kecakapan hidup merupakan bisnis inti dari pendidikan nonformal. Penanaman penguasaan keterampilan vokasional memacu kreativitas dan mengembangkan pemahaman peran individu dalam kehidupan sosial. Pendidikan vokasional di Indonesia adalah seluruh pendidikan vokasional yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemdiknas), dahulu bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud). Di Indonesia semua penduduk wajib mengikuti pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah pertama
Dunia pendidikan Indonesia terus berbenah, mengikuti perubahan jaman yang juga berlangsung sebegitu cepatnya. Di tengah terpaan berbagai masalah sosial, ekonomi, maupun politik yang berujung pangkal pada kegagalan pendidikan, penyelenggaraan proses pendidikan tetap memunculkan inovasinya. Program pendidikan diploma yang menghasilkan sumber daya siap pakai menjadi senjata ampuh untuk menghadapi persaingan global. Di kancah internasional, program vokasi menjadi andalan berbagai bangsa untuk membangun keberhasilan sistem kerja berbasis keterampilan. Muara akhir sekaligus tujuan dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah terserapnya peserta didik ke pasar tenaga kerja selepas menyelesaikan studinya. Demi menjawab tantangan dunia kerja yang membutuhkan tenaga kerja trampil, tak dapat disangkal lulusan program pendidikan berbasis vokasional sesungguhnya memiliki peluang lebih tinggi serta kesempatan yang lebih luas untuk dapat memenangkan kompetisi tersebut.
C.    Implementasi 5S dalam Pendidikan Vokasional
5S dapat di implementasikan dimana-mana termasuk dalam pendidikan vokasional yang memusatkan pada kecakapan atau kreatifitas peserta didik maupun lulusan pendidikan vokasional. Pada hal ini kretifitas orang vokasional di uji. Bagaimana orang vokasional mengatur tataletak barang yang banyak dalam lingkup yang seadanya, dengan memperhatikan kerapian, kebersihan, keindahan, dan lain sebagainya (sesuai dengan aturan atau penerapan 5S). Dalam hal ini penempatan barang atau alat kerja menurut pendidikan vokasi itu bagaimana jika tempat terbatas tetapi alat maupun barang sangat amat banyak. Dalam pendidikan vokasi biasanya banyak menggunakan buku untuk mempelajari pelajarannya padahal hanya memiliki sepetak kamar kost, sehingga orang vokasi bisa membuat almari atau susunan kayu vertikal keatas untuk meminimalkan tempat dan tidak terjadi penumpulkan barang yang akhirnya tidak ada tempat untuk tidur dalam kamar kost itu. Kegiatan ini sesuai dengan penerapan 5S yang seiri. Dengan begitu mereka yang vokasi siap dalam dunia kerja berikutnya dankritis dalam menanggapi masalah.
Pendidikan vokasi jika menerapkan seiton dalam kerapiannya, rapi dalam menata apapun. Melanjutkan langkah sebelumnya pembuatan rak, almari atau susunan kayu untuk meletakkan buku kemudian buku disusun rapi agar enak dipandang dan pemberian tanda sesuai keinginannya untuk mengetahui apakah ada buku yang belum kembali ketempat ataupun hilang. Bukan hanya dalam hal nyata, tapi kerapian juga bisa ditunjukkan melalui tugas yang mereka laksanakan. Seberapa rapi mereka mengerjakan tugas/ pekerjaan dan urut sesuai aturan dan tuntutan.
Seiso dalam 5S juga diterapkan dalam pendidikan vokasional. Kebersihan tempat kerja, kebersihan dalam segi apapun dipaparkan oleh para vokasional. Dengan telah melaksanakan langkah seiri dan seiton seiso tergolong mudah untuk dilaksanakan sebab tidak mungkin ada tumpukan sampah dalam kerapian dan tatanan yang tepat. Tumpukan sampah cenderung banyak berada pada tumpukan barang yang tidak menerapkan langkah pertama dan kedua. Jika langkah pertama dan kedua telah dilakukan, debu sedikitpun akan kelihatan dan mengganggu pandangan kita. Mereka yang telah melaksanakan langkah pertama dan kedua akan membersihkan alat atau barang yang telah dipakai, sehingga saat disimpan barang telah bersih/ siap pakai. Dengan begitu barang yang akan dipakai siap digunakan.
Seiketsu juga dapat diimplementasikan pada pendidikan vokasional yang ahli dalam kejuruan itu sendiri. Kebersihan individunya sendiri tidak kalah pentingnya dalam pendidikan vokasi. Karena mereka di didik ahli dalam bidangnya maka harus maksimal dalam hal apapun dalam profesionalitasnya. Jika seseorang bekerja dengan sangat baik, tepat waktu, sesuai aturan dan sangat pintar tapi saat mereka sakit maka tidak akan menghasilkan hasil yang maksimal/ tidak sesuai yang diinginkan.
Shitsuke adalah langkah terakhir pada 5S. Pendidikan menerapkan langkah ini dengan maksimal karena mereka sadar bahwa mereka calon orang yang ahli/ professional. Dengan begitu kesadaran akan pentingnya seiri, seiton, seiso, maupun seiketsu menunjang keberhasilan atau kesuksesannya. Shitsuke juga menyadarkan akan kedisiplinan terhadap tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya harus dipertanggung jawabkan dengan baik tanpa keluhan karena itu adalah bidangnya.
Pendidikan vokasional adalah pendidikan yang menitik beratkan pada kreatifitas individu dan menciptakan individu yang berkompeten atau ahli sesuai dengan bidang yang digelutinya. Oleh sebab itu perlu diterapkannya 5S agar tertatanya langkah-langkah yang harus ditempuh.
Seiri dalam pendidikan vokasional didapat dalam konteks penataan. Sesuai dengan jurusan masing-masing seiri dilakukan. Seiri dalam 5S langkah awal untuk memulai langkah berikutnya sehingga seiri adalah langkah awal untuk mengapresiasikan kekreatifannya. Bisa dikatakan seirilah yang menentukan kekreatifan dan kekritisan seseorang terhadap sebuah objek (tempat kerja). Seiri bukan hanya untuk menata barang agar tempat yang minimalis dapat menyimpan berbagai barang dengan rapi, tapi juga sebagai penentu langkah kedepannya.
Pendidikan vokasi juga menggunakan langkah seiton. Seiton sendiri berpacu pada kerapian.  Dengan penataan yang sesuai, barang yang ada dapat diketahui seberapa banyak yang dapat disimpan dengan penataan barang dengan mecam seperti itu, dan seberapa kreatif tempat penyimpanan maupun indikasi yang dibuat sehingga barang yang hilang maupun belum dikembalikan dapat langsung diketahui.
Penerapan 5S pada pendidikan vokasi terkhusus langkah seiso selalu atau kerap dilakukan karena sudah terlatih dari awal. Tumpukan sampah mengganggu semua orang, bukan hanya orang vokasional. Pendidikan vokasional memperhatikan kebersihan barang atau alat. Kebiasaan membersihkan alat setelah digunakan dapat memperlancar pekerjaan selanjutnya yang membutuhkan alat itu lagi. Kebersihan lingkungan adalah salah satu langkah untuk menjaga kesehatan agar tidak terganggunya tugas maupun kewajiban yang harus dilakukan.
Seiketsu di implementasikan pada pendidikan vokasional. Pada penerapannya seiketsu tergantung pada individunya, ada individu yang jorok, ada yang netral dan ada yang sangat takut kotor. Individu yang jorok biasanya mandi atau menjaga kebersihannya saat ada waktu atau moodnya baik. Individu yang netral atau normal biasanya mandi sesuai dengan biasanya, sehari 2 kali dan menjaga kebersihannya sendiri. Sedangkan, pribadi yang sangat takut kotor sangat jijik ketika ada sedikit kotoran yang menempel pada tubuhnya.
Shitsuke adalah kesadaran diri sendiri. Dalam hal ini pendidikan vokasi harus sadar akan kedudukannya dan harus kritis dalam menyikapi atau melakukan apapun. Sehingga seiri, seiton, seiso, dan seiketsu terlaksana dengan sempurna dan menghasilkan hasil yang terbaik dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
D.    Analisa
5S singkatnya adalah penerapan yang berkaiatan dengan tata letak barang maupun kerapian tempat kerja. Pentingnya seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke tegantung pada dunia kerja itu sendiri. Pada lingkungan kerja yang banyak alat maupun bahan penerapan 5S sangat penting karena dengan susunan alat maupun barang yang rapi memudahkan pekerja untuk mengambil alat maupun barang sesuai kebutuhan. Untuk lingkup kerja yang menggunakan alat berat ataupun besar biasanya tidak terlalu banyak menggunakan alat kecil sebab pemakaian alat berat itu menghasilkan bahan yang jadi maupun hampir jadi, dalam kata lain adalah alat berat itu otomatis dalam lingkup kerja yang menggunakan alat berat tidak terlalu menerapkan penerapan 5S karena masukan dalam bentuk barang mentah dan keluaran dalam jadi. Pekerja hanya mengoperasikan alat berat tesebut dan menata barang mentah yang ada sebelum dimasukkan ke alat, serta menata barang jadi yang telah keluar dari mesin, lalu finishing kemudian pengemasan.
Penerapan 5S merupakan teknik pengurusan bagi mewujudkan budaya peningkatan yang terus menerus atau disebut sebagai "KAIZEN" dalam bahasa Jepang. 'KAIZEN' adalah kaidah atau aturan perbaikan secara terus menerus sedikit demi sedikit terutama aktivitas-aktivitas berkaitan  pengurusan sumber manusia dan proses. Penerapan 5S hanya akan maju atau sukses atau bejalan dengan komitmen seluruh ahli atau pekerja maupun orang didalam  organisasi. 5S diambil dari huruf 'S' diawalan perkataan bahasa jepang yaitu Seiri (Sort;Sisih), Seiton (Set In Order; Susun), Seiso (Shine; Sapu), Seiketsu (Standardise; Seragam), Shitsuke (Sustain; Sentiasa Amal).
Seiri menekankan pada prioritas penempatan alat kerja maupun bahan. Seiri adalah langkah awal untuk penerapan 5S. Seiri seperti halnya pintu sekaligus pokok dalam 5S, dengan ini seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke dapat terlaksana. Seiri menempatkan barang yang prioritas dekat dengan tangan atau mudah dijamah atau diambil, sebaliknya barang yang tidak terlalu prioritas ditempatkan pada tempat yang tidak mengganggu barang-barang atau alat kerja yang prioritas.
Seiton menggaris besar pada kerapian penempatan barang dan alat kerja. Dalam hal ini lingkup kerja menyediakan tempat untuk barang sejenis dan membeikan gambar pada alat tesebut agar pekerja yang mengambilnya menempatkan barang kembali pada posisi seperti pada gambar. Dan pemberian gambar pada tempat penyimpanan barang bertujuan agar cepat dalam pengecekan barang bahwa barang masih kurang atau tidak. Beberapa aturan dalam seiton antara lain: barang yang kerap diunakan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dengan cepat; bang yang jarang digunakan ditempatkan pada tempat ang sedikit jauh; barang yang tidak digunakan langsung tapi masih harus disimpan yang diasingkan dan di tandai dengan jelas; pastikan barang yang telah disusun rapi mudah dicari, diambil, dan disimpan kembali; barang yang besar dan berat diletakkan pada bagian bawah; barang yang mudah terbakar diletakkan pad tempat yang aman; barang dan tempatnya hendaknya mempunyai tanda pengenalan (label, nomer, dan sebagainya)
Seiso menitik beratkan pada kebersihan ruang kerja, alat kerja atau barang mentah maupun barang jadi. Kebersihan ruang kerja sangat penting agar tidak menimbulkan hazard bagi pekerja maupun orang yang akan lewat dan tidak menimbulkan ketidak nyamanan saat bekerja. Kebersihan alat kerja tidak kalah penting dalam hal ini, sebab alat kerja yang bersih merupakan perawatan untuk alat kerja itu sendiri agar alat kerja itu awet (tidak berkarat, dan sebagainya). Bagian yang perlu dibersihkan antara lain: membersihkan semua sekitar tempat kerja termasuk lantai, meja, mesin, peralatan dan semua sudut ruangan yang jarang terjamah; memastikan mesin dan peralatan yang digunakan bebas dari kotoran; melungkan waktu untuk kegiatan gotong royong dalam kawasan yang lebih luas; bagian yang penting dibersihkan adalah kawasan atau wilayah penyimpanan peralatan dan sekitarnya.
Seiketsu berkaitan dengan kebersihan individu. Kebersihan individu juga termasuk kedalam 5S sebab dengan individu yang bersih, terlihat bahwa individu ini berkelakuan atau berkebiasaan bersih. Jika individunya bersih pasti kerjanya juga bersih. Individu yang bersih mencerminkan bahwa individu itu tidak menunda pekerjaannya. Karena pribadi yang sering menunda sulit menerapkan 5S ini, karena pribadi yang sering menunda cenderung menghasilkan tumpukan, tumpukan barang, tumpukan tugas, maupun tumpukan sampah. Kebesihan individu juga menjaga individu itu tetap bugar atau sehat, sehingga industri atau perusahaan tidak dirugikan sebab ada pekerja yang tidak hadir, sehingga berkurangnya produk yang dihasilkan industri tersebut.
Shitsuke adalah kesadaran pekerja maupun semua orang yang terlibat dalam lingkungan tersebut terhadap penerapan seiri, seiton, seiso, dan seiketsu. Shitsuke bisa dikatakan langkah terakhir dalam 5S, tapi paling sulit untuk diterapkan. Dengan adanya perbedaan setiap pribadi menyebabkan sulitnya menyadarkan akan kedisplinan kerja terutama alam 5S. Penerapan 5S sangat sederhana tapi sulit untuk dilaksanakan karena kurangnya kesadaran setiap individu. Shitsuke melibatkan pada kepribadian individu, agar pekerja menerapkan 5S ada yang memiliki model yang harus dipaksa atau diberi sanksi jika diketahui adanya pelanggaran maupun tindakan yang tidak menerapkan 5S dalam lingkungan kerja yang menerapkan 5S. Adapula pula pribadi yang senang diberi hadiah. Pekerja yang tekun, tepat dan taat aturan yang berkaitan dengan 5S dalam jenjang 3bulan diberi hadiah ataupun penghargaan.
Seperti pada pembahasan sebelumnya 5S harus dilaksanakan beruutan agar menghasilkan hasil yang maksimal. Sehingga dalam kegiatan dalam dunia kerja harus dikenalkan dulu pekerja baru dengan peraturan maupun penerapan 5S agar pekerja baru yang belum tau mengenai 5S maupun pekerja baru yang pernah mendapat pengetahuan mengenai 5S tapi lupa dapat diingatkan lagi sehingga penerapan 5S dapat dilaksanakan tanpa ada alasan kalau mereka tidak tahu menahu mengenai penerapan maupun aturan 5S. Penerapan 5S dan aturan 5S bisa dipajang atau dibuat poster dalam lingkungan kerja agar setiap pekerja hamper lupa akan aturan 5S dapat diingatkan melalui poster yang telah dipajang pada tempat-tempat tertentu.
Kekurangan dalam 5S bisa berupa kurangnya kesadaran pekerja mengenai pentingnya penerapan 5S, harus membuat sendiri tempat untuk penyimpanan alat yang ada, barang ataupun alat yang rusak tapi milik pemerintah tidak bisa langsung dibuang sehingga kebersihan kurang atau sulit dilakukan jika tidak ada ruangan untuk alat itu sendiri, dan lain sebagainya.
Kelebihan penerapan 5S dalam dunia kerja: menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, aman, bersih, maupun rapi; melatih atau membiasakan pekerja agar selalu menerapkan 5S, dalam lingkup kerja maupun kehidupan sehari-hari; dapat meningkatkan produk lebih banyak daripada yang tidak menerapkan 5S karena tidak binggung mengambil alat yang dibutuhkan dan cepat mengambil alat maupun barang yang prioritas. Mengurangi adanya kemungkinan hazard yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja yang membuat efek jera pada pekerja maupun calon pekerja kerena pernah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan dan tidak terduga sama sekali. Pelajar vokasional mempunyai etika budaya berkualitas semasa di dunia kerja;  menggurangi potensi kegagalan atau kecelakaan; Lingkungan kerja menjadi lebih bersih dan teratur;  Lokasi kerja menjadi lebih aman;  Pencapaian boleh dilihat secara tidak langsung yang bersangkutan; terciptanya ide yang lebih kreatif; menghemat masa pencarian; pengerjaan yang lebih cepat atau hemat waktu; Kaidah-kaidah atau aturan-aturan standard yang jelas; Memaksimakan penggunaan ruang dan kawasan.
  5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shisuke) sangat penting dalam segala bidang. Tidak hanya untuk mempermudah, tapi juga untuk mendisiplinkan diri agar terciptanya suasana yang nyaman karena tidak adanya sampah yang menggangu mata, menyengat hidung, mengkotori lingkungan kerja dan tidak adanya tumpukan barang yang belum dikembalikan ke tempatnya yang membuat pekerja sulit untuk mengambil barang atau alat yang dibutuhkan. Penerapan 5S memang memiliki kekurangan tapi lebih banyak memiliki kelebihan dan manfaat.
Seiri, seiton, seiso, seiketsu, maupun shitsuke diterapkan agar tidak perlu waktu lama untuk mencari peralatan, perkakas, alat tulis dan sebagainya; agar tidak kehabisan stok barang yang suatu saat dibutuhkan dan sangat mendesak, ketika stok barang disusun rapi maka akan ketahuan jika stok akan habis sehingga harus ditambah lagi stoknya; untuk mengetahui mesin atau peralatan rusak saat akan digunakan pada kondisi siap pakai (bersih); agar diketahui segera jika ada barang yang hilang karena lupa penaruhan/ lupa meletakkan maupun ada seseorang yang meminjam tapi tidak dikembalikan; agar tidak perlu waktu lama jikalau ingin memindahkan barang ke tempat lain.
Tujuan sort, straighten, shine, standardize, dan sustain adalah: mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif, aman dan berkualitas; terlihat hasil kebersihan, keamanan, dan keamanannya; pekerjaan di tempat kerja lebih mudah, cepat dan aman; lebih banyak ide kreatif dan inovatif untuk penyelesaian masalah dalam perihal 5S; menciptakan pekerja yang displin, beretika, dan memiliki prestasi yang lebih baik; membina atau membimbing kebudaya yang baik atau cemerlang; meningkatkan pandangan orang mengenai lingkungan kerja.
Panduan mengalakkan penerapkan 5S antara lain: meneuskan program kesadaran kepentingan penerapan program 5S; memastikan audit dalam penerapan 5S dilakukan sesuai dengan jadwal; melakukan promosi secara terus menerus; menjalankan system berhadiah atau pemberian penghargaan atas usaha yang dilakukan oleh pekerja; melaksanakan system pantauan atau evaluasi yang efektif dan sistematik.
Kunci kesuksesan penerapan ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin yaitu: kesungguhan dan dorongan atau motivasi terus menerus dari pihak pengurusan; melaksanakan 5R bermula dari pendidikan, latihan, dan penerapan secara terus menerus; tidak ada bos/ pengatur dalam 5S, semua orang terlibat dan bertanggung jawab melaksanakannya; senantiasa mengulangi atai menjalankan 5S secara terus menerus untuk mencapai standar yang lebih tinggi.
Bomber et al. (2000) dan Tice et al., (2005) menyarankan bahwa 5S adalah termasuk dalam metode prioritas yang penting yaitu, produktivitas, kualitas, biaya, pengiriman, keamanan dan moral seperti yang ditunjukkan di dalam gambar 3. Kesemuanya menggambarkan proses perbaikan program seperti sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan, OSHA (ISO 4801: 2000), sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001) dan seri ISO 9000 (sistem Manajemen Kualitas) adalah dalam rotasi 5S.
Sedangkan, menurut Ahuja dan J.S Khamba, (2008) menjelaskan bahwa Proses Manajemen Menyeluruh adalah hal yang sama dengan 5S. Gambar 3 menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelestarian 5S secara menyeluruh di mana ada 6 faktor yang diidentifikasi dan setiap faktor memiliki atribut yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut yang berupaya berkontribusi pada kelestarian 5S di Kolej Vokasional.
Komitmen karyawan telah muncul sebagai salah satu variabel yang paling penting dalam manajemen dan perilaku organisasi. Faktornya telah terbukti semakin meningkat bahwa ada hubungan antara komitmen dan hasil variabel tertentu. Definisi yang diberikan oleh berbagai peneliti adalah menunjukkan bahwa komitmen karyawan adalah fenomena sikap. Ini adalah loyalitas yang ditunjukkan oleh karyawan terhadap organisasi untuk mencapai tujuan dan visi perusahaan serta untuk tetap dalam organisasi. Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara variabel demografis dan komitmen karyawan seperti umur, jenis kelamin, gaji, masa kerja dan pendidikan, yang berhubungan negatif. Peneliti juga menunjukkan bahwa imbalan kerja, nilai, motivasi, budaya dan iklim organisasi, dan lain-lain adalah penentu utama komitmen karyawan. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa pengadaan, ketidakhadiran, kepuasan kerja, keterlibatan kerja, ketegangan kerja, peran kerja otonom, faktor kepribadian, karakteristik pekerja dan konflik peran adalah hasil dari komitmen karyawan (Girihagama, 2008).
Komitmen dari segi 5S tidak terbatas pada tingkat tertentu karyawan dalam hirarki organisasi. Namun, komitmen harus datang dari seluruh organisasi (semua tingkat staf) misalnya, dari manajemen puncak ke bawah / staf kecil termasuk staf pembersihan.
Satu faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan 5S, komitmen kepemimpinan adalah yang paling utama. Kepemimpinan memainkan peran penting dalam membawa apa-apa perubahan dalam sistem organisasi dan budaya yang ada. Bahkan, pelaksanaan 5S adalah bagian dari perubahan budaya organisasi. Jadi, 5S tidak akan berhasil dengan hanya mencoba untuk mendapatkannya dengan mengarahkan itu dilakukan oleh orang lain, tidak seperti setiap tugas lain yang mana tugas ditujukan kepada bawahan. Pelaksanaan dan kelestarian 5S membutuhkan keterlibatan 100% murni dari manajemen puncak.
Perusahaan-perusahaan yang kurang berhasil tidak memiliki otonomi (Administrasi Kendiri - Collins) di dalam organisasi. Pihak manajemen haruslah 100% di belakang kampanye 5S (Osada, 1993). Langkah pertama ialah, dapatkan komitmen manajemen puncak dan selalu siap (Samuel & Cicmil, 1996). Setelah dianggap sebagai faktor utama yang berkontribusi terhadap kelestarian 5S, langkah berikutnya dapat ditujukan kepada dua faktor lengkap seperti dalam literatur.
Budaya organisasi yang dibuat oleh pemimpin dan salah satu fungsi yang paling penting oleh kepemimpinan adalah berkontribusi pada penciptaan, manajemen, dan jika sekiranya perlu, kehancuran budaya. Kebudayaan dan kepemimpinan, ketika diperiksa dengan teliti, adalah dua sisi mata uang yang sama dan tidak benar-benar dapat dipahami dengan sendirinya (Schein, 1991). Jadi, ketika kepemimpinan dipilih sebagai faktor penelitian, hal yang sama akan meliputi faktor budaya yang kondusif dalam organisasi. Begitu juga, perubahan juga dikelola oleh pemimpin organisasi. Kebutuhan untuk perubahan tidak membutuhkan perhatian ekstra, karena dapat dilindungi di bawah berbagai aspek kepemimpinan. Tidak peduli berapa wawasan telah dibentuk, kepemimpinan harus mengambil tanggung jawab untuk menentukan arah dan perubahan proses organisasi. Kepemimpinan visioner adalah suatu keharusan (Fuller, 2001).
Hanya peran kepemimpinan dan pengawasan saja dalam mencapai keberhasilan untuk menghasilkan perubahan dalam organisasi. Jadi, sangat penting bahwa pemimpin dan supervisor dalam organisasi memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip dasar perubahan untuk sukses (Carter, 1997).
Berdasarkan studi literatur, komitmen karyawan menyebabkan komitmen terhadap keberhasilan organisasi. Namun, 5S perlu diperkenalkan sebagai alat yang memainkan peran penting dalam mencapai keberhasilan organisasi. Karena komitmen, karyawan berlatih 5S untuk mencapai keberhasilan organisasi. Pelaksanaan dan kelestarian 5S sukses adalah hasil dari komitmen staf organisasi. Jadi, kepemimpinan dan kelestarian adalah dua faktor major yang penting dalam melestarikan 5S dalam sesuatu organisasi (K.D.P.T. Liyanage, K.L.R. Wijesinghe & A.T. Fonseka., 2009). Studi literatur adalah berguna dalam mengurangi ini menjadi dua, yaitu kepemimpinan dan komitmen. Sumber yang dapat diperoleh hanya dengan manajemen kepemimpinan. Budaya organisasi yang dibuat oleh pemimpin-pemimpin (Schein, 1991). Jadi, peneliti memutuskan untuk mengkaji kepemimpinan dan komitmen yang juga akan meliputi faktor budaya, sumber dan kebutuhan untuk perubahan.
Menurut Straker (2010) menyatakan salah satu sistem dari negara Jepang yang sering digunakan adalah 5S. Penerapan 5S sebenarnya adalah penerapan harian dasar saja. Dari praktek dasar ini mereka telah berhasil mengembangkan ke kegiatan - kegiatan mutu yang lain berdasarkan lingkungan yang rapi dan disiplin. Pelaksanaan 5S ini telah berhasil melibatkan semua pihak dan ini dengan sendirinya adalah satu kegiatan yang mudah tetapi banyak dampak yang efektif. Ketika banyak yang sadar akan kehebatan kegiatan ini maka mereka dapat melaksanakan dengan baik dan seterusnya tempat kerja menjadi rapi dan terautr. Meskipun 5S berasal dari sektor industri, mereka telah dapat menerjemahkan dengan baik ke situasi tempat kerja yang lain, dari laboratorium research and development (R & D) sampai ke kantor direktur.
 Metode praktek 5S adalah permulaan bagi setiap program perbaikan. Ini adalah alat untuk membantu dalam analisis proses yang berjalan di tempat kerja. 5S adalah metodologi penciptaan dan pemeliharaan tempat kerja yang teratur, bersih, sangat efektif dan berkualitas tinggi. Hasil dari implementasi praktek 5S adalah organisasi tempat kerja menjadi lebih efektif, pengurangan dalam lingkungan kerja, penghapusan kerugian yang terkait dengan kegagalan atau kerusakan, perbaikan dalam keamanan dan kualitas kerja (Ho, 1997).
Mohamed (2002) mendefinisikan 5S yaitu sisih (Seiri) atau mengasing adalah satu proses kerja mengasing barang yang perlu dari sekelompok barang yang tidak diperlukan di tempat kerja. Sementara susun (Seiton) atau bahasa yang tepatnya adalah menyusun dan melabel dilakukan setelah semua barang yang tidak digunakan diisolasi. Ini bertujuan memudahkan penggunaan dan penyimpanan. S yang ketiga adalah sapu (Seiso) yaitu menyapu. Kebanyakan karyawan akan merasa lebih nyaman ketika bekerja dalam lingkungan yang bersih dan segar. Praktek ini akan meningkatkan tingkat keamanan di tempat kerja dan peralatan yang digunakan. Di ikuti dengan seragam (Seiketsu) yang dilakukan ketika kegiatan sisih, susun dan sapu telah disempurnakan. Seragam adalah memelihara tempat kerja sepanjang waktu dari segi kebersihan dan penataan sehingga mendatangkan keceriaan. Terakhir dalam urutan ini adalah selalu praktik (Shitsuke) dimana setiap karyawan harus mengerti, patuh, berusaha dan berlatih kebersihan organisasi serta tempat kerja.
Kelestarian praktek lingkungan kualitas 5S tidak akan berhasil di kalangan suatu organisasi jika tidak ada komitmen yang berkesinambungan dari pihak majikan dan juga pekerja dari tingkat awal dan berkelanjutan untuk memastikan praktek lingkungan kualitas 5S (KDP T Liyanage, KLR Wijesinghe, AT Fonseka, 2009; Hayu K. & Tri H., 2011). Pihak manajemen puncak (penanggung jawab penerapan 5S) memainkan peran penting dalam memastikan segala kegiatan dalam perencanaan lingkungan kualitas 5S dilaksanakan dengan baik serta melibatkan semua orang dalam organisasi tersebut, kepemimpinan dari atasan memastikan praktek 5S menjadi budaya kerja dan tidak terbeban (Chan YF & Gurnam KS, 2007; AD Minghat & NF Salimi, 2012; KDPT Liyanage, KLR Wijesinghe & AT Fonseka, 2009; Wiluddyana Ghoisi Nafida, ING Wardana & Rudy Soenoko, 2011). Sikap kerja 5S kurang efektif karena tidak adanya penghargaan, evaluasi dan komunikasi yang kurang kepada karyawan dan pihak majikan. Regulasi 5S yang menitikberatkan pada audit, bukan tingkat atau budaya 5S (Wiluddyana G. N., ING W. & Rudy S.O, 2011). Wujudnya permasalahan dalam keterlibatan yang enggan melaksanakan praktek 5S karena beranggapan pekerjaan 5S ini bukan pekerjaan mereka dan akhirnya menyebabkan sejumlah kecil saja yang melaksanakannya (Hayu K. & Tri H., 2011; Wiluddyana G. N, ING W. & Rudy S., 2011; Sulaiman K., & Narawi L ., 2010) dan adanya organisasi yang mendapat sertifikasi lebih awal serta bantuan keuangan dari organisasi yang lain (MA Mohammad Yunus, Komunikasi Pribadi, 22 November 2012). Selain itu juga, ada beberapa sekolah yang gagal mendapat persetujuan pemberian sertifikasi 5S pada proses audit pertama kali. Selain itu, sertifikasi 5S ini hanya sah dalam waktu satu tahun, kebanyakan permasalahan adalah dalam periode awal. Namun, kebanyakan perusahaan, industri atau lembaga pendidikan mampu untuk mendapatkan sertifikasi tersebut. Kebanyakkan permasalahan untuk mendapatkan sertifikasi ini adalah pada audit kali kedua dan seterusnya (H. N. Ismail, komunikasi pribadi, 2012; M. A. Mohammad Yunus, Komunikasi Pribadi, 2012).
1 id.wikipedia.com
2 en.wikipedia.com
3 What Is 5s?- Sort, Set In Order, Shine, Standarize, Sustain
4 5S Comprehensive Education and Resource Center
5 Masaaki Imai. 1998. Genba Kaizen : Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah Pada Manajemen. Jakarta: Pustaka Brinaman Pressindo.
6 Masaaki Imai & Brian Heymans. 2000. Collaborating for Change: Gemba Kaizen. San Francisco, Berrett-Koehler Publishers.
        7Alli, BO. (2008). Fundamental principles of Occupational Health and Safety, 2nd edition, ILO, Geneva
        8Kusnandi, Eris. 2011. Tentang 5S – Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Tangerang
  9 Oxford Beginner's Japanese Dictionary. 2000. Oxford University Press.
 10 5S Comprehensive Education and Resource Center
 11 KBBI
 
KESIMPULAN
Dari analisa dan pembahasan sebelumnya didapat bahwa seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke adalah langkah maupun cara untuk menata (penempatan), merapikan, membersihkan, menjaga kebersihan diri sendiri maupun menyadarkan individu bahwa sangat pentingnya 5S untuk lingkungan kerja maupun lingkungan hari-hari dalam pendidikan vokasional. Seiri menitik beratkan pada penataan (penempatan alat kerja, barang, maupun bahan), penempatan adalah langkah awal untuk tercapainya tujuan- tujuan yang akan dicapai selanjutnya. Penampatan yang baik harus sesuai kegunaan, seberapa sering barang tersebut digunakan dan seberapa penting alat tersebut sehingga harus diletakkan pada tempat yang mudah dicapai. Dalam hal ini pendidikan menerapkan apa yang telah mereka pelajari sebagai peserta didik vokasional yang mengcu pada kreatifitas sehingga menjadi tenaga ahli pada bidangnya.
Pada seiton bisa digaris bawahi bawhwa inti dari seiton adalah kerapian. Kerapian penyusunan alat kerja, kerapian pegerjaan tugas maupun job, maupun kerapian dalam penampilan individu. Kerapian penyusunan alat kerja juga dipengaruhi dengan penempatan yang tepat. Pemberian indikasi atau tanda agar rapi dan mudah diketahui jikalau ada barang yang hilang, belum kembali ketempatnya, maupun stok bahan akan segera habis. Kerapian menentukan posisi mana yang tepat untuk menaruh barang sesuai ukuran. Biasanya barang yang besar dan berat ditempatkan pada posisi paling bawah. Dalam hal ini orang-orang vokasional membuatlingkungannya rapi karena telah melaksanakan langkah pertama dan akn mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam Bahasa Indonesia seiso diartikan bersih. Bersih dalam hal ini bebeas dari tumpukan sampah, tumpukan debu maupun kotoran yang menempel pada alat yang telah digunakan. Tumpukan sampah, debu, maupun kotoran biasa terjadi karena tidak berkesinambungan dengan langkah pertama dan kedua. Saat adanya tumpukan sampah, debu maupun kotoran berarti penataan alat kerja, barang, maupun bahan tidak pas atau tidak tepat sehingga tidak tercipta kerapian pada lingkungan kerja. Dengan begitu aka nada tumukan sampah, debu maupun kotoran pada tumpukan barang yang tidak ditempatkan pada tempat yang telah disediakan. Tumpukan kotoran, debu, maupun sampah yang ada akan menimbulkan adanya hazard pada lingkungan yang kotor. Seperti halnya: alat kerja berkarat, tidak terciptanya kenyamanan pada pekerja, mengganggu pandangan mata karena kondisi yang kotor, dan menyebabkan adanya kecelakaan kerja (contohnya: tergelincir karena plastik, tersandung, dsb). Penerapan pada pendidikan yaitu membudayakan vokasioner membuang sampah pada tempatnya, membersihkan alat kerja setelah digunakan, dan sebagainya.
Seiketsu intinya adalah menjaga kebersihan diri. Membersihkan diri tidak hanya membuat nyaman dirinya sendiri tapi juga salah satu cara untuk menjaga kesehatan badannya sendiri. Selain untuk dirinya sendiri, seiketsu membuat susasana nyaman jika dilakukan karena tidak mengganggu pekerja lain ketika badan bersih, tidak bau, dan sebagainya. Dalam pendidikan vokasional, keahlian dapat dilakukan dengan baik untuk menyukseskan keahlian seorang vokasioner pada bidangnya.
Shitsuke menuntut adanya kesadaran diri untuk mensukseskan tujuan 5S. Shitsuke adalah langkah terakhir dalam 5S dan paling sulit untuk dilaksanakan karena dapat dilaksanakan terganun pada pribadi sendiri - sendiri. Untuk menyadarkan setiap individu bisa melalui dorongan dalam bentuk motivasi maupun penghargaan setiap tindakannya yang sesuai dengan penerapan 5S. Shitsuke juga harus dilaksanakan vokasioner, vokasioner harus saar betapa pentingnya penerapan 5S dalam kehidupan sehari – hari dan dalam dunia kerja nanti. Sadar dan kritis dalam segala masalah yang ada sehingga terlaksanalah penerapan 5S.
Penerapan 5S harus urut, bertahap, dan diulangi terus menerus untuk menghasilkan standar yang lebih tinggi dari yang sebelumnya. 5S mudah untuk diucapkan, tapi sangat susah dilaksanakan butuh kretifitas yang tinggi, sikap yang ulet, mengulangi 5S berulang kali untuk hasil yang lebih maksimal. 5S sangat cocok untuk pendidikan vokasi sehingga lulusan pendidikan vokasi mempunyai pandangan yang urut yang mengacu pada 5S, akhirnya tercapailah cita- cita vokasioner untuk menjadi tenaga ahli dalam bidangnya karena sudah memiliki pandangan untuk meningkatkan produktivitas yang slah satunya adalah penerapan 5S dalam dunia kerja.   


REFERENSI

_________. 2016. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_vokasi. (diakses tanggal 13-06-2016)
_________. 2016. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia. (diakses tanggal 13-06-2016)
_________. 2016. http://id.wikipedia.org/wiki/5S. (diakses tanggal 10-06-2016)
_________. 2016. http://en.wikipedia.org/wiki/5S. (diakses tanggal 10-06-2016)
_________. 2016. http://teknikelektronika.com/pengertian-5s-5r-penerapan-5s/. (diakses tanggal 10 Juni 2016)
_________.____.What Is 5s?- Sort, Set In Order, Shine, Standarize, Sustain
_________.____.5S Comprehensive Education and Resource Center
Masaaki Imai. 1998. Genba Kaizen : Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah Pada Manajemen. Jakarta: Pustaka Brinaman Pressindo.
Masaaki Imai & Brian Heymans. 2000. Collaborating for Change: Gemba Kaizen. San Francisco, Berrett-Koehler Publishers.
Alli, BO. (2008). Fundamental principles of Occupational Health and Safety, 2nd edition, ILO, Geneva
Kusnandi, Eris. 2011. Tentang 5S – Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Tangerang
_________.2000.Oxford Beginner's Japanese Dictionary. Oxford University Press.
_________.5S Comprehensive Education and Resource Center
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Ahuja I.P.S & Khamba J.S. 2008. Journal of Quality in Maintenance Engineering (Vol. 14 No.2). pp. 123-147. 
Ahuja I.P.S & Khamba J.S. 2008. Strategies and Success Factors for Overcoming Challenges in TPM Implementation in Indian Manufacturing Industry. University College of Engineering, Punjabi University, Patiala, India.  
Ho S,K. & Cicmil S. 1991. The TQM Magazine, (Vol.8, No.1). 
Ho S.K, 1995. TQM: An Integrated Approach-Implementation through Japanese 5-S and ISO 9000. Kogan Page, London. 
Ho S.K. 1995. The Japanese 5-S Practice and TQM Training, Training for Quality (Vol.3). MCB University Press, No.4, pp. 19-20. 
Luthens F. 2001. Organizational Behaviour (Ninth Ed), McGraw-Hill, pp235-238, 614-642. 
M. Nizam Ab Rahman. American Journal of Applied Sciences. Implementation of Practices in the Manufacturing Componies: A Case Study. 2010. 7 (8): 1182-1189. 
M. Yusoff N. H., Norsaadah. S. &Aspalilla. M. Keberkesanan Aktiviti Audit Dalaman 5S Dalam Membantu Fasilitator Memantau Amalan 5S di Politeknik Merlimau: Persidangan Kebangsaan Penyelidikan Dan Inovasi Dalam Sistem Latihan Dan Pendidikan Teknikal Dan Vokasional 2012. Pusat Pendidikan Berterusan. Perpustakaan Negara Malaysia. 591. Malaysia Productivity Corporation  (2012). Langkah Pelaksanaan Persekitaran Berkualiti : Selangor: Ibu Pejabat MPC. 
Osada T. 1991. The Five Keys to a Total Quality Environment (Second Ed.) Asian Productivity Organization, Jepang. 
Raid A. Al-Aomar. World Academy of Science, Engineering and Technology. Applying 5S Lean Technology: An Infrastructure for Continuous Process Improvement. 2011. 59: 2014 – 2019. 
Samuel K.M. Ho. Global Sustainable Development Through The Intergrated Lean Management (Green 5-S) Model For TQM. Nang Yan Bussiness Journal. 1(5): 27 – 37. 
Schein E.H. 1991. Organizations Culture and Leadership. 
Supardi. 2012. Persepsi Pengajar terhadap Pelaksanaan Amalan 5S di KolejKemahiran Tinggi Mara. Malaysia
Thompson P. & McHugh D. 1990. Work Organizations, a Critical Introduction, Macmillan Education LTD, PP.228-242
Halim, Nurul Anis Abdul, Mohd Nor Ihksan, dkk. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Kelestarian 5S di Kolej Vokasional. Malaysia.

1 komentar:

  1. bagus artikelnya guna mendukung 5S (5R) di tempat kerja anda masing-masig juga bisa pembaca peroleh di halaman ini...tks.. Langkah Mudah Menerapkan 5S/5R

    BalasHapus