Pages

Jumat, 07 Agustus 2015

KISAH 99 KOIN



Seorang pelayan kerajaan memiliki kehidupan yang bahagia. Ia puas dengan segala kesederhanaan yang dimilikinya sehingga ia selalu tersenyum dan bernyanyi bahagia. Raja menjadi penasaan mengapa orang sesederhana itu bisa bahagia. Lalu ia menguji dengan memberikan kepadanya 99 koin emas dikantongnya secara diam-diam saat pelayan tersebut pulang ke rumah.

Alangkah kaget dan senangnya hati pelayan itu mendapatkan 99 koin emas dikantongnya. Hanya saja masih ada ganjalan, bukankah seharusnya genap 100 koin emas? Dimana koin yang 1 itu?

Pelayan tersebut berniat mencarinya disepanjang jalan dan tidak pernah berhenti memikirkan 1 koin itu. Ia pun lupa untuk tersenyum dan tidak lagi menyanyi bahagia, bahkan makin hari ia menjadi tambah murung karena memikirkan 1 koin emas yang tak kunjung ketemu.

Raja bijak yang mengetahui hal itu hanya menghela nafas menyesalkan sikap pelayannya yang tidak bersyukur dengan 99 koin yang diterimanya, yang mengeluhkan 1 koin yang tidak didapatkannya.
Tahukah kita, bahwa TUHAN seringkali menguji sikap hati kita melalui berkat-berkat yang dilimpahkan kepada kita? Sayangnya, kita sering bersikap seperti pelayan kerajaan itu. Tidak mensyukuri berkat-Nya, tapi berkat-berkat itu justru membuat kita tidak puas. Kita lupa bersyukur untuk segala sesuatu yang kita terima karena kita sibuk untuk mengeluhkan segala sesuatu yang tidak kita miliki.

Kisah klasik sederhana ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tidak datang dari banyaknya materi yang kita miliki, tapi dari sikap hati yang mensyukuri beka-berkat ilahi yang kita terima. Hitunglah berkat TUHAN yang kita terima, maka kita sungguh akan terkejut karena apa yang Dia berikan jauh melebihi hal-hal yang kita keluhkan.

TUHAN sudah memberikan 99 berkat kepada kita, sungguh aneh jika kita masih terus mengeluh dan memusingkan 1 berkat yang belum kita terima bukan?

Karena itu syukurilah apa yang kita miliki, bukan apa yang belum kita punyai. Itulah kunci hidup yang diberkati.

Selasa, 04 Agustus 2015

DAHAN KENYAMANAN



Suatu hari seorang Raja mendapat hadiah 2 ekor anak elang. Raja senang sekali dan selalu memamerkan elangnya. Lalu dia berpikir, akan bagus sekali jika elang ini dilatih untuk terbang tinggi. Tentu akan lebih indah lagi. Ia memanggil pelatih burung yang tersohor di negerinya untuk melatih 2 elang ini. Setelah beberapa bulan , pelatih burung ini melapor kepada Raja. Seekor elang telah terbang tinggi dan melayang di angkasa. Namun seekor lagi tidak beranjak dari pohonnya sejak hari pertama tiba. Raja pun memanggil semua ahli hewan dan para tabib sakti untuk memeriksa elang kesayangannya ini. Namun tidak ada yang berhasil untuk “menyembuhkan” dan membuat elang ini terbang. Berbagai usaha telah dilakukan, elang ini tak kunjung bergerak dari dahannya.
 
Raja mendapat ide untuk memanggil orang yang biasa “melihat” elang. Kemudian ia bertemu dengan petani yang sangat mengenal akan sifat elang dan raja meminta bantuan petani itu. Keesokan harinya ketika Raja mengunjungi elang ini, ia kaget melihat elang ini sudah terbang tinggi. Dengan penuh penasaran Raja bertanya kepada petani, apa yang ia lakukan. Petani menjawab, “saya hanya memotong cabang pohon yang selama ini dihinggapinya saja, DAHAN yang membuatnya NYAMAN”.

Sahabatku, kita dilahirkan untuk sukses, kita ditakdirkan untuk terbang tinggi. Namun, ada yang memegang erat ketakutannya. Tidak mau melepaskan dan tidak beranjak dari posisinya. Atau kadang kita terlalu memegang zona nyaman kita, hingga kita takut dan tidak mau melepaskannya, takut gagal, takut kecewa, takut capek, takut malu, dll. Lepaskan segala ketakutan itu, lepaskan zona nyaman itu, kenali diri Anda dan tumbuhkan kekuatan dan rasa percaya diri Anda. Maka Anda akan “terbang tinggi”.
Tanpa kita sadari, Allah juga sesekali “memotong” DAHAN KENYAMANAN kita, supaya iman kita bertumbuh dan naik ke level yang lebih tinggi. Sering kita perlu mendengar masukkan dan kritik dari orang lain, jangan menutup diri, itulah gunanya komunitas.

Minggu, 02 Agustus 2015

Anak Anjing

Sebuah toko hewan peliharaan memasang papan iklan yang menarik bagi anak-anak kecil, "Dijual Anak Anjing". Segera saja seorang anak laki-laki datang, masuk ke dalam toko dan bertanya, "berapa harga anak anjing yang anda jual itu?". Pemilik toko itu menjawab, "harganya berkisaran 30-50 Dollar".

Anak laki-laki itu lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa keping uang, "aku hanya mempunyai 2,37 Dollar, bisakah aku melihat-lihat anak anjing yang anda jual itu?". Pemilik toko itu tersenyum. Ia lalu bersiul meanggil anjing-anjingnya. Tak lama dari kandang anjing muncullah anjingnya yang bernama Lady yang diikuti 5 ekor anak anjing. Mereka berlari-larian di sepanjang lorong toko. Tetapi ada 1 anak anjing yang tampak berlari tertinggal paling belakang. Si anak lelaki itu menunjuk pada anak anjing yang paling terbelakang dan tampak cacat itu. Tanyanya, " Kenapa dengan anak anjing itu?" Pemilik toko menjelaskan bahwa ketika dilahirkan anak anjing itu mempunyai kelainan di panggulnya, dan akan menderita cacat seumur hidupnya.

Anak laki-laki itu tampak gembira dan berkata, "aku beli anak anjing yang cacat itu". pemilik toko itu menjawab, "jangan, jangan beli anak anjing cacat itu, tapi jika kau ingin memilikinya, aku akan berikan anak anjing itu padamu".

Anak laki-laki itu jadi kecewa. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "aku tak mau kau memberikan anak anjing itu cuma-cuma padaku. Meski cacat anak anjing itu tetap mempunyai harga yang sama sebagaimana anak anjing yang lain. Aku akan bayar penuh harga anak anjing itu. Saat ini aku hanya mempunyai 2,35 Dollar . Tetapi setiap hari aku akan mengangsur 0,5 Dollar sampai lunas harga anak anjing itu". tetapi pemilik toko menolak, "nak, kau jangan membeli anak anjing itu. Dia tidak bisa lari cepat. Dia tidak bisa melompat dan bermain sebagaimana anak anjing lainnya".

Anak lelaki itu terdiam. Lalu ia melepas menarik ujung celana panjangnya. Dari balik celana itu tampaklah sepasang kaki yang cacat. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "Tuan, aku pun tidak bisa berlari cepat, melompat-lompat, dan bermain-main sebagaimana anak laki-laki lainnya. Oleh karena itu aku tau, bahwa anak anjing itu membutuhkan seorang yang mau mengerti penderitaannya".

Kini pemilik toko itu menggigit bibirnya. Air mata menetes dari sudut matanya. Ia tersenyum dan berkata, "aku akan berdoa setiap hari agar anak-anak anjing ini mempunyai majikan sebaik engkau".