
Alangkah kaget dan senangnya hati pelayan itu mendapatkan 99
koin emas dikantongnya. Hanya saja masih ada ganjalan, bukankah seharusnya
genap 100 koin emas? Dimana koin yang 1 itu?
Pelayan tersebut berniat mencarinya disepanjang jalan dan
tidak pernah berhenti memikirkan 1 koin itu. Ia pun lupa untuk tersenyum dan
tidak lagi menyanyi bahagia, bahkan makin hari ia menjadi tambah murung karena
memikirkan 1 koin emas yang tak kunjung ketemu.
Raja bijak yang mengetahui hal itu hanya menghela nafas
menyesalkan sikap pelayannya yang tidak bersyukur dengan 99 koin yang
diterimanya, yang mengeluhkan 1 koin yang tidak didapatkannya.
Tahukah kita, bahwa TUHAN seringkali menguji sikap hati kita
melalui berkat-berkat yang dilimpahkan kepada kita? Sayangnya, kita sering
bersikap seperti pelayan kerajaan itu. Tidak mensyukuri berkat-Nya, tapi
berkat-berkat itu justru membuat kita tidak puas. Kita lupa bersyukur untuk
segala sesuatu yang kita terima karena kita sibuk untuk mengeluhkan segala
sesuatu yang tidak kita miliki.
Kisah klasik sederhana ini mengajarkan kita bahwa
kebahagiaan tidak datang dari banyaknya materi yang kita miliki, tapi dari
sikap hati yang mensyukuri beka-berkat ilahi yang kita terima. Hitunglah berkat
TUHAN yang kita terima, maka kita sungguh akan terkejut karena apa yang Dia
berikan jauh melebihi hal-hal yang kita keluhkan.
TUHAN sudah memberikan 99 berkat kepada kita, sungguh aneh
jika kita masih terus mengeluh dan memusingkan 1 berkat yang belum kita terima
bukan?
Karena itu syukurilah apa yang kita miliki, bukan apa yang
belum kita punyai. Itulah kunci hidup yang diberkati.